Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 10 Mei 2017

TAJUK RENCANA: Menerawang Masa Depan Afganistan (Kompas)

Apakah kembali tampilnya Gulbuddin Hekmatyar di panggung politik Afganistan akan memberikan dampak positif bagi perdamaian negeri itu?

Pertanyaan itulah yang pertama muncul setelah diberitakan bahwa mantan Perdana Menteri Gulbuddin Hekmatyar yang juga dikenal sebagai "tukang jagal dari Kabul" kembali ke Kabul. Ia kembali ke Kabul—setelah 20 tahun menjauhi dunia politik—atas undangan dan ajakan Presiden Afganistan Ashraf Ghani.

Reaksi masyarakat Afganistan pun beragam berkait dengan kembali munculnya Hekmatyar di panggung politik negerinya. Ada yang menyambut dengan penuh antusias kembalinya pendiri dan ketua partai Hizb-i Islami, yang disebut sebagai organisasi militan terbesar di Afganistan itu. Namun, tidak sedikit pula yang cemas dan khawatir karena ingat kekejaman yang dilakukan Hekmatyar dan pasukannya pada masa lalu. Ada kekhawatiran bahwa masa "kegelapan" itu akan berulang kembali.

Wajar bahwa ada kekhawatiran seperti itu. Hekmatyar oleh AS pernah dimasukkan dalam daftar teroris. Ia juga disebut sebagai pendukung Al Qaeda dan Taliban. Padahal, Taliban-lah yang pada tahun 1996 mendepak Hekmatyar dari panggung politik. Pada akhirnya, AS mengeluarkan Hekmatyar dari daftar teroris dan mendukung keputusan Ashraf Ghani untuk "membawa pulang" Hekmatyar serta melibatkannya dalam usaha mengupayakan perdamaian di negeri yang dikoyak-koyak oleh perang saudara.

Tentu, bukan tanpa perhitungan matang kalau Ashraf Ghani mengajak Hekmatyar untuk mengupayakan perdamaian di Afganistan. Ashraf Ghani tahu persis siapa Hekmatyar dan reputasinya. Ia berharap, meski ada "noda hitam" menempel pada diri Hekmatyar, tokoh yang juga mendapat julukan "Rocketyar" itu dapat membantunya dalam mengupayakan terciptanya perdamaian. Sekurang-kurangnya Hekmatyar mempunyai pengaruh besar di kalangan kaum oposisi, kelompok bersenjata. Dan, diharapkan dengan pengaruhnya itu, ia dapat mengajak mereka untuk meletakkan senjata dan bersama-sama membangun Afganistan.

Menurut berita tersebut, Hekmatyar sudah meminta kelompok Taliban untuk menghentikan perlawanan senjata mereka dan menawarkan diri untuk menjadi penengah antara Taliban dan pemerintah. Hekmatyar juga sudah menandatangani perjanjian dengan pemerintah, September 2016. Dalam perjanjian itu disebutkan bahwa Hizb-i Islami akan meletakkan senjata dan menghentikan pemberontakan. Sebaliknya, pemerintah membebaskan orang-orang Hizb-i Islami yang ditahan.

Andaikan janji itu benar-benar ditepati, dan pengaruh Hekmatyar masih kuat di masyarakat serta kelompok pemberontak, telah muncul secercah harapan bagi terwujudnya perdamaian di Afganistan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Mei 2017, di halaman 6 dengan judul "Menerawang Masa Depan Afganistan".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger