Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 10 Mei 2017

TAJUK RENCANA: Waisak Menginspirasi Perdamaian (Kompas)

Menguatnya politik identitas (identity politics) dan politik kebencian belakangan ini bertabrakan dengan realitas kemajemukan Indonesia.

Kecenderungan primordialistis yang memperoleh lahan subur apalagi pemupukan ibarat menyangkal fakta historis dan realitas kehadiran negara dan bangsa Indonesia. Eksistensi negara dan bangsa Indonesia dicipta, dikembangkan, dipupuk, dan diperkaya oleh kondisi kemajemukan sebagai sesuatu yang sudah terberi (taken for granted).

Keberagaman mewarnai dan menjadi inti pembentukan sejak awal ide kebangsaan dan ide kemerdekaan. Pancasila dan UUD 1945, dasar bernegara dan berbangsa, panduan dan rujukan legal kemajemukan Indonesia, dalam penerapannya selalu terbuka untuk disesuaikan dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan prinsip-prinsip baku. Oleh karena itu, pemerintah bisa mengambil langkah membubarkan ormas-ormas yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

Pancasila sebagai ideologi terbuka mencerminkan roh kemajemukan. UUD 1945 yang beberapa kali diamendemen menegaskan bahwa keduanya tidak sebagai batu karang yang mati, tetapi terbuka disesuaikan dengan kata kunci UUD 1945 dan Pancasila sebagai bingkai NKRI dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang perlu dikembangkan dan kita jaga bersama. Praksis pemerintahan dan pencarian keadilan pun tidak didasarkan atas mobocracy,tetapi keadilan yang hakiki.

Tanggal 11 Mei besok, umat Buddha merayakan Hari Raya Waisak 2561/2017. Memperingati tiga peristiwa suci pada hari purnama sidhi, yakni kelahiran Buddha Gautama tahun 633 SM, pencerahan sempurna tahun 588 SM, dan wafatnya tahun 543 SM. Muaranya kemuliaan. Kemuliaan dan harapan tidak nanti, tetapi sekarang, Dengan menemukan aktualitas setiap zaman, perayaan hari keagamaan pun membumi, pemantik kehidupan saat ini dan di sini.

Dalam kecenderungan agama lebih sebagai ideologi dan politik identitas, serta kecenderungan politik kebencian lokal dan global, Hari Raya Waisak memperoleh momentum aktual. Tiga peristiwa hari suci itu mengingatkan kita tentang makna keberagamaan sebagai sesuatu nilai yang ditawarkan, yakni nirkekerasan dan nirpemaksaan.

Dalam konteks aktual, kebangkitan Waisak menegaskan kemajemukan dan menginspirasi perdamaian sebagai identitas keindonesiaan yang sudah menjadi keniscayaan asali negara dan bangsa Indonesia. Nilai dan makna yang harus terus diperjuangkan, yang perwujudannya perlu jatuh-bangun, inspiratif bagi perdamaian.

Selamat Hari Raya Waisak 2561/2017 bagi yang merayakan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Mei 2017, di halaman 6 dengan judul "Waisak Menginspirasi Perdamaian".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger