Baru-baru ini, kami berwisata ke Danau Toba dan menyeberang ke Pulau Samosir, yang berada di tengah danau itu. Di Ajibata atau Parapat, salah satu kota wisata di pinggir danau itu, terdapat pelabuhan feri untuk menyeberangkan orang, barang, dan kendaraan.
Sayang sekali, di area pelabuhan itu tidak tersedia ruang tunggu yang aman dan nyaman bagi penumpang. Selama menunggu, penumpang berdiri atau duduk di bebatuan yang langsung beratapkan langit. Tidak terbayang bagaimana para penumpang menunggu dalam kondisi hujan. Keadaan itu sudah berlangsung lama, bisa jadi sejak pelabuhan itu ada.
Tak satu pun pelabuhan feri yang terdapat di sekitar danau itu memiliki ruang tunggu penumpang yang layak. Padahal, dalam program pemerintah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke danau itu terdengar spektakuler. Ada pembentukan Badan Otorita Danau Toba (BODT), rencana pembangunan jalan tol Medan-Parapat, membangun bandara berkelas internasional, dan pelebaran jalan lingkar Samosir dan lingkar luar Samosir.
Ternyata, apa yang sehari-hari dibutuhkan justru luput dari perhatian. Oleh karena itu, sembari menunggu program besar terwujud, ada baiknya pemerintah daerah terlebih dahulu memperbaiki dan melengkapi infrastruktur yang sudah ada, seperti membangun fasilitas ruang tunggu di pelabuhan feri, memperbaiki jalan lain menuju danau itu, dan memperlebar jalan dari Kota Tebing Tinggi-Pematang Siantar-Parapat. Dengan demikian, pengunjung yang datang ke Danau Toba merasa aman, nyaman, dan sekaligus meningkatkan citra pariwisata Danau Toba.
UNTUNG SINAGA
Jl Gotong Royong, Sinaksak, PO Box 117, Pematangsiantar,
Sumatera Utara
Perbaikan Infografis
Berkenaan dengan infografis di Kompas,Rabu (17/5), halaman 1, disebutkan di situ bahwa Hartati Murdaya adalah Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia.
Bersama surat ini kami memberikan klarifikasi bahwa yang tepat adalah Hartati Murdaya, Ketua Umum Perwakilan Umat Buddha Indonesia. Tambahan kata "umum" perlu, karena jenjang jabatan antara ketua dan ketua umum berbeda.
JANDI MUKIANTO
Umat Buddha Indonesia, Jl Sukarjo Wiryopranoto, Gambir, Jakarta Pusat
Catatan Redaksi:
Terima kasih atas masukan Saudara.
Oli Bocor
Kami memiliki pengalaman yang mirip dengan Ibu Ida Febriantine yang suratnya dimuat dalam rubrik surat pembaca di Kompas dengan judul "Service Mobil", Kamis (20/4).
Mobil kami Toyota Kijang Innova seri G tahun 2012, dibeli Oktober 2012 di PT Agung Auto Mall Cabang Kerinci, Jambi. Mobil itu bocor oli pada power steeringdan kami telah melapor hingga tiga kali di dealer tersebut di atas tanpa ada tindak lanjut.
Kebocoran oli power steering tersebut saat ini masih terjadi.
RIKHASMAN
Jl H Komaruddin, Sungai Bungkal, Kota Sungai Penuh, Jambi
Mati Lampu
Saya ingin menyampaikan kekecewaan yang bertahun-tahun terpendam kepada PLN Jambi karena tiada hari tanpa mati lampu di Kecamatan Singkut. Saya yakin di daerah Jambi lain juga mengalami hal serupa karena saya juga pernah tinggal di Kuamang Kuning, Muara Bungo.
Tidak ada pemberitahuan dari PLN saat listrik padam. Saya sebagai konsumen listrik merasa tidak dihargai. Saya pernah bertanya kepada petugas PLN, jawabannya karena ada perbaikan. Dalam hati saya bertanya, sebenarnya apa yang diperbaiki, karena mati lampu terus terjadi selama bertahun-tahun, sejak saya tinggal di Singkut 2005.
Akibat dari kondisi listrik yang buruk ini, sebagian warga Jambi yang mampu "terpaksa" membeli genset, sementara warga yang ekonominya tidak mampu terpaksa menjalani saja kondisi tanpa listrik ini atau dengan berbagai cara berusaha membeli genset untuk kebutuhannya.
Sepertinya PLN sudah mengetahui solusi atas ketidaksanggupannya menyediakan layanan listrik yang layak, yaitu dengan membiarkan warga Jambi membeli genset.
Kepada pemerintah dan PLN, pusat dan daerah, mohon mengatasi "Jambi krisis listrik" ini.
MUSTAFA JAMIL
Desa Sungai Benteng, Kecamatan Singkut, Kabupaten Sarolangun, Jambi 37482
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Juni 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar