Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 16 Juni 2017

TAJUK RENCANA: Tragedi London (Kompas)

Tragedi demi tragedi menimpa warga Inggris. Setelah serangan teror di Manchester dan London, terjadi lagi kebakaran hebat di Menara Grenfell.

Menara Grenfell di London yang memiliki 24 lantai terbakar pada Rabu (14/6) dini hari. Korban tewas sedikitnya 17 orang dan korban luka bakar 78 orang.

Bencana ini terjadi saat rakyat Inggris sedang berada dalam ketidakpastian politik setelah pada pemilu legislatif pekan lalu tidak ada satu partai politik pun yang berhasil memperoleh kursi mayoritas di parlemen. Sepekan setelah pemilu, Perdana Menteri Theresa May masih belum mengumumkan kabinet setelah tercapai kesepakatan dengan Partai Unionis Demokrat Irlandia Utara (DUP). Tragedi kebakaran kembali menunda rencana itu.

Menara Grenfell yang terletak di Kensington North, London barat, didirikan tahun 1974 dan pada 2016 selesai direnovasi dengan biaya sekitar 10 juta poundsterling. Namun, para penghuni yang mendiami 120 apartemen di gedung itu—mayoritas imigran dari Sudan, Eritrea, Ghana, dan Filipina—berkali-kali telah menyampaikan keluhan kepada manajemen soal kekhawatiran akan risiko kebakaran.

Otoritas kini sedang menyelidiki apakah gedung itu dibangun dengan bahan bangunan yang aman atau bahan yang bisa meningkatkan intensitas jalaran api, mengingat Inggris memiliki aturan ketat soal ini. Sekitar 250 anggota pemadam kebakaran tak hanya kewalahan, tetapi juga tercengang karena api demikian cepat menjalar dari lantai 2 ke lantai 24 dan sangat sulit dipadamkan.

Terungkap juga fakta di lapangan bahwa gedung ini hanya memiliki satu pintu masuk dan keluar sehingga menyulitkan evakuasi. Bahkan, regu pemadam kebakaran harus memanjat dulu ke lantai 4 untuk bisa bekerja.

Tragedi Menara Grenfell yang mengingatkan kita pada film Towering Inferno (1974) itu menjadi pengingat bagi semua pihak betapa rentannya keamanan gedung-gedung supertinggi. Tak terbayangkan kepanikan dan ketakutan para penghuni ketika api sudah mengepung mereka.

Para penghuni Muslim yang sudah terjaga sejak dini hari karena mempersiapkan sahur langsung bertindak cepat membangunkan para penghuni lain dengan menggedor-gedor tetangga mereka dan membantu evakuasi. Tindakan ini telah menyelamatkan banyak orang dan meminimalkan jumlah korban jiwa.

Uluran solidaritas dari masyarakat dengan beragam latar belakang terus berdatangan untuk membantu ratusan orang yang kehilangan tempat tinggal dan harus menata kembali hidup mereka dari nol. Sejumlah gerakan pengumpulan dana juga bermunculan di media sosial dengan pesan solidaritas dan persatuan. Di tengah tragedi, rasa persatuan warga Inggris kembali dirajut setelah diguncang serangan teror dalam dua bulan terakhir.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Juni 2017, di halaman 6 dengan judul "Tragedi London".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger