Seorang bersenjata mendatangi dan menyerang sebuah kelab malam di kota Constance, Jerman, menewaskan satu orang dan menyebabkan empat orang lain mengalami cedera serius, Minggu (30/7). Seorang pengunjung tewas ditembak orang tersebut dan penyerang akhirnya juga tewas.
Diduga penyerang berkebangsaan Irak, tetapi bukan pencari suaka. Dia diduga berumur 34 tahun dan sudah lama tinggal di Jerman. Namun, belum jelas apa motif penyerangan tersebut.
Dua hari sebelumnya, Jumat (28/7), seorang dengan senjata tajam menyerang kerumunan orang di supermarket di Hamburg, Jerman, dan menewaskan satu orang. Mengetahui korbannya tewas, dia berbalik dan menyerang pengunjung lain hingga empat orang cedera.
Rencana serangan teror berhasil diungkap polisi antiteror di Australia, Sabtu (29/7), dengan menangkap empat orang di Sydney. Pada Desember 2016, bersamaan dengan Natal, kepolisian Australia juga menggagalkan rencana pengeboman di Melbourne. Saat itu, Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull menjelaskan, rencana tersebut adalah bagian dari rencana teroris.
Di Australia, Juni lalu, Khayre (29) yang berasal dari Somalia menembak mati seorang laki-laki dan menyandera seorang perempuan di sebuah apartemen. Tiga polisi yang terlibat tembak-menembak dengan Khayre dalam upaya membebaskan sandera tersebut cedera. Adapun Khayre tewas. Aksi Khayre itu diklaim oleh Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
Tidak hanya itu, Khayre juga diduga terkait dengan rencana penyerangan terhadap barak tentara Australia pada 2009. Ia pun pernah membunuh seorang warga Australia keturunan China.
Terkait penangkapan di Sydney, Turnbull menegaskan, keamanan ekstra diberlakukan di semua bandara, baik domestik maupun internasional. Dengan penangkapan ini, Pemerintah Australia tetap menempatkan serangan teroris pada level menengah.
Namun, Kepala Polisi Federal Australia Andrew Colvin menyatakan, polisi belum mendapatkan informasi lengkap tentang lokasi, tanggal, dan jam serangan. Mengutip keterangan seorang perempuan, kantor berita Australia, ABC, mengatakan, anak dan suaminya yang ikut ditangkap tidak mempunyai kaitan dengan terorisme.
Berbeda dengan Jerman yang banyak menerima pengungsi, Australia membatasi jumlah pengungsi masuk ke negaranya. Namun, ancaman teroris rupanya tidak paralel dengan kebijakan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar