Pemungutan suara hari Minggu berlangsung dalam suasana tegang. Sebagian rakyat memboikot, sebagian hadir di tempat pemungutan suara karena diancam, sedangkan para pendukung Maduro berpesta karena kemenangan yang pasti di depan mata.
Pemerintah mengklaim pemungutan suara diikuti lebih dari 8 juta warga, tetapi kubu oposisi menyatakan hanya 2,5 juta orang yang memberikan suaranya. Sedikitnya 10 orang tewas dalam konflik sporadis pada hari itu, membuat jumlah korban yang tewas dalam aksi protes yang sudah berlangsung tiga bulan menjadi lebih dari 120 orang.
Konstitusi baru akan dijadikan alat oleh pemerintah untuk membubarkan parlemen dan menumpas gerakan oposisi yang saat ini menguasai parlemen. Maduro bersumpah memenjarakan sejumlah tokoh oposisi yang dianggap sebagai dalang demonstrasi selama ini. Bukan hanya itu, berhubung seluruh anggota Majelis Konstitusi merupakan politisi pendukung Maduro, diyakini Maduro akan memiliki kekuatan luar biasa yang mengarah pada kediktatoran, mirip dengan gaya kepemimpinan di Kuba.
Negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Negara-negara Amerika mengecam langkah Maduro yang dinilai bakal mematikan demokrasi di Venezuela. Kecaman paling keras datang dari Amerika Serikat yang sudah lebih dulu menjatuhkan sanksi terhadap 13 pejabat Venezuela. Presiden AS Donald Trump menyatakan, AS akan menerapkan sanksi ekonomi, termasuk impor minyak, apabila Majelis Konstitusi terbentuk.
Tekanan juga datang dari negara-negara tetangga, seperti Brasil, Argentina, Kolombia, Peru, Cile, Panama, dan Uni Eropa. Namun, belum jelas apakah mereka akan mengikuti jejak AS untuk memberikan sanksi. Yang pasti, puluhan ribu warga Venezuela kini sudah menyeberangi perbatasan, mengungsi ke negara-negara tetangga.
Opsi pemberian sanksi ekonomi menjadi buah simalakama karena rakyat Venezuela yang saat ini sudah sengsara akan semakin menderita. Saat ini saja lebih dari 90 persen rakyat sudah sulit memperoleh makanan, obat-obatan, listrik, air bersih, dan kebutuhan lainnya.
Konflik antara kubu oposisi dan kubu Maduro kini telah bergeser menjadi konflik horizontal antarwarga. Salah satu kandidat Majelis Konstitusi tewas ditembak kelompok tak dikenal. Hal serupa terjadi terhadap pendukung oposisi. Pembunuhan terjadi setiap hari, yang menjadikan Venezuela sebagai salah satu negara dengan tingkat pembunuhan tertinggi di dunia.
Tanpa intervensi yang tepat dari dunia internasional, Venezuela dikhawatirkan akan semakin terisolasi dan semakin jauh terpuruk dalam jurang kekerasan.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 Agustus 2017, di halaman 6 dengan judul "Maduro Makin Merajalela".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar