Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 21 Agustus 2017

TAJUK RENCANA: Menggelorakan Persatuan (Kompas)

Masih dalam semangat merayakan ulang tahun ke-72 kemerdekaan, menggelorakan persatuan bangsa yang majemuk adalah keniscayaan.

Diawali dari inovasi Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan di Istana Negara, di mana semua petinggi Republik Indonesia mengenakan pakaian adat, telah memberikan semangat baru soal perlunya persatuan bangsa.

Kita bersyukur Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla bisa mempertemukan semua tokoh terbaik yang pernah memimpin bangsa: Presiden BJ Habibie, Presiden Megawati Soekarnoputri, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan juga para wakil presiden di Istana Negara. Istana Negara menjadi tempat bernaung semua anak bangsa.

Pertemuan para pemimpin bangsa ini terasa adem di tengah sinisme media sosial, di tengah komunikasi yang kerap diwarnai kekerasan verbal di era digital. Semangat mempersatukan anak bangsa yang majemuk inilah yang harus terus disuarakan.

Untuk mengatasi masalah bangsa, seperti kesenjangan sosial, membantu anak bangsa yang masih miskin, ketidakpercayaan pada hukum, potensi polarisasi di tengah masyarakat, masih maraknya korupsi, diperlukan kesatuan cara pandang terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila. Diperlukan komunikasi yang tulus antara anak bangsa dan elite politik.

Perlunya persatuan bangsa ini mendapatkan momentumnya berbarengan dengan pelaksanaan SEA Games di Malaysia tahun 2017, pelaksanaan Asian Games di Jakarta tahun 2018, pilkada serentak 171 daerah di tahun 2018, dan pemilu serentak langsung tahun 2019. Semangat SEA Games dan Asian Games adalah semangat kompetisi dalam prestasi di bidang olahraga.

Jakarta untuk kedua kalinya akan menjadi tuan rumah Asian Games. Tuan rumah Asian Games merupakan momentum unjuk kebolehan anak bangsa di kancah Asia, bahkan dunia. Semua pihak harus bersatu untuk menyukseskan Asian Games dalam penyelenggaraan maupun dalam prestasi yang pelaksanaannya tinggal dalam hitungan bulan.

Semangat persatuan bukan dalam arti apa pun harus seia sekata dengan pemerintah, tanpa membolehkan perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat berdasarkan argumentasi yang rasional dalam bingkai konstitusi adalah keniscayaan dalam demokrasi. Kritik adalah nyawa dari demokrasi.

Inilah momentum yang tepat bagi bangsa ini untuk bergerak maju, bukan hanya pada SEA Games 2017, Asian Games 2018, dan pemilihan presiden langsung tahun 2019, melainkan menetapkan fondasi bangsa menyongsong 100 tahun Republik Indonesia 17 Agustus 2045, 28 tahun lagi. Dengan penduduk diperkirakan 309 juta jiwa, bangsa ini harus mampu memenangi persaingan global.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Agustus 2017, di halaman 6 dengan judul "Menggelorakan Persatuan".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger