Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 19 Agustus 2017

TAJUK RENCANA: Pertemuan Empat Presiden (Kompas)

Ada peristiwa yang sangat istimewa, kemarin, setelah upacara peringatan Hari Kemerdekaan Ke-72 Indonesia di Istana Negara.

Peristiwa yang sangat istimewa itu adalah silaturahim di antara empat presiden: Presiden Joko Widodo (2014-...) dengan Presiden BJ Habibie (1998-1999), Presiden Megawati Soekarnoputri (2001-2004), dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014). Dalam silaturahim itu hadir pula Wapres Jusuf Kalla, Wapres Try Sutrisno (1993-1998), dan Wapres Boediono (2009-2014).

Hadir pula dalam silaturahim itu Ny Iriana Joko Widodo, Ny Mufidah Kalla, Ny Karlinah Umar Wirahadikusumah, Ny Tuti Try Sutrisno, Ny Sinta Nuriah, Ny Ani Yudhoyono, dan Ny Herawati Boediono. Mengapa pertemuan itu kita katakan sangat istimewa? Karena ini kali yang pertama para pemimpin negeri ini bertemu, pun dalam suasana yang sangat indah, sangat bersejarah, yakni perayaan hari ulang tahun kemerdekaan.

Sudah lama kita, rakyat Indonesia, kepingin melihat para pemimpin negara ini-presiden dan para mantan presiden-bertemu, bersilaturahim penuh persaudaraan. Bukankah seorang pemimpin harus memiliki keutamaan serta pengetahuan yang bisa membedakan mana yang esensial dan mana yang hanya artifisial. Selain itu, harus mampu mengendalikan diri, arif, berani, dan adil.

Aliran atau paham politik boleh berbeda, tetapi silaturahim tidak boleh terputus. Sejarah mencatat, bagaimana perdebatan dan pertikaian para tokoh dalam sidang Konstituante ketika membahas dasar ideologi negara. Namun, hal itu tidak menjadi alasan untuk saling membenci antara IJ Kasimo (Partai Katolik) dan Moh Natsir, Burhanuddin Harahap, serta Kasman Singodimejo (Masyumi), sebagai contoh yang baik.

Kita mendamba, di Bumi Pertiwi ini dibangun sikap cinta kasih. Dalam cinta kasih itu, Kasih Ilahi menjiwai kasih manusiawi. Yang artinya, buang segala rasa iri dan benci, dan mengutamakan persaudaraan serta tentu saling memaafkan. Para pemimpin harus selalu memuliakan akal budi, kukuh dalam rasionalitas publik dengan segala imperatif moralnya demi kebaikan bangsa dan negara!

Kalau para pemimpinnya kompak, rukun, bisa saling memaafkan, saling mendukung, selalu menjaga tali silaturahim, rakyatnya pun akan melakukan hal yang sama. Sebaliknya, kalau para pemimpinnya mementingkan diri sendiri, kelompoknya, partainya, tak saling peduli, maka ke bawah akan sama pula yang terjadi.

Jika hal kedua itu yang terjadi, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan tidak akan terwujud. Bangsa ini hanya akan disibukkan oleh aksi saling sindir dan ucapan-ucapan kebencian yang menghabiskan energi, padahal yang dibutuhkan persatuan dan kesatuan sekaligus pemersatu.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 Agustus 2017, di halaman 6 dengan judul "Pertemuan Empat Presiden".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger