Rouhani mengatakan bahwa Iran tak akan menghentikan produksi peluru kendali untuk kepentingan pertahanan. Presiden Iran itu juga menegaskan bahwa Iran tetap akan memproduksi senjata apa saja yang dibutuhkan untuk mempertahankan diri.

Pernyataan tersebut dikemukakan Rouhani hanya tiga hari setelah DPR Amerika Serikat menyepakati penerapan sanksi baru terhadap Iran terkait program rudalnya. Sanksi baru itu dijatuhkan atas dasar penilaian sepihak AS bahwa Iran telah melanggar resolusi PBB berkaitan dengan uji coba rudal. Resolusi PBB itu mengharuskan Iran tidak melakukan kegiatan berkait dengan pengembangan rudal yang bisa membawa senjata nuklir.

Menurut kesepakatan yang dicapai antara Iran dan P5+1 (China, Jepang, Jerman, Rusia, Inggris, dan AS) yang disebut Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), Iran memang "dicegah" untuk bisa membuat dan mengembangkan senjata nuklir. Karena, apabila Iran melakukan hal itu, akan memancing terjadinya pacuan senjata nuklir di kawasan (Teluk dan Timur Tengah).

JCPOA (2015) menetapkan pengurangan kapasitas pengayaan uranium yang sudah ada dan merancang ulang reaktor pemroduksi plutonium yang telah ditetapkan milik Irak. Keputusan tersebut secara efektif mengeliminasi kemampuan Iran untuk memproduksi material-material yang digunakan untuk memproduksi senjata nuklir, paling tidak selama sepuluh hingga lima belas tahun.

Setelah dicapai kesepakatan itu, Iran masih terus dimonitor oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) apakah melanggar kesepakatan atau tidak. Menurut IAEA, Iran telah mematuhi kesepakatan, tetapi AS berpendapat sebaliknya, dan kemudian menjatuhkan sanksi baru.

Tentu, Iran tidak mau diperlakukan seperti itu: serba dicurigai dan dikekang, ditentukan pihak lain, serta didikte. Mereka tidak mau kebebasan dan kedaulatan mereka dicampuri pihak lain, terutama AS yang selalu mencampuri urusan negara lain. Boleh jadi Iran juga bertanya: mengapa hanya mereka saja yang diperlakukan seperti itu, sementara negara lain, sebut saja Israel, India, dan Pakistan, dibiarkan; sementara Korea Utara juga diperlakukan hampir seperti Iran. Sementara itu, Rusia dan AS menguasai 93 persen dari seluruh hulu ledak nuklir yang ada.

Di sini ada masalah ketidakadilan. Iran merasa diperlakukan secara tidak adil. Kiranya, antara lain masalah ketidakadilan ini yang telah mendorong Iran untuk tetap memproduksi rudal, seperti dikemukakan Rouhani. Kita berharap bahwa ada aturan yang lebih memberikan rasa keadilan sehingga keadilan itu tidak hanya dimonopoli negara-negara besar

Kompas, 31 Oktober 2017