Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 13 November 2017

Legislatif, Beranilah!//Berlomba Baik//Tagihan Jalan Terus//Uang Raib (Surat kepada Redaksi Kompas)

Legislatif, Beranilah!

Korupsi. Hampir setiap hari berita di televisi dan koran menyajikan berita yang memuakkan tentang korupsi. Koruptornya—sebagian sudah masuk bui dan sebagian masih gentayangan—adalah orang-orang tamak alias serakah, berdasi, pintar, penguasa, dan pengusaha. Sempurnalah korupsi merambah semua kehidupan masyarakat dan layak disebut kejahatan luar biasa.

Saya sebagai wong ndeso, hanya bisa mengamati dan menganalisis. Jika korupsi masuk kejahatan luar biasa, maka sanksi hukumnya juga harus super luar biasa. Bukan seperti sekarang, para koruptor hanya divonis penjara 1-2 tahun bahkan ada yang diputus bebas.

Sanksi yuridisnya tidak menggigit tidak bisa membuat para koruptor maupun calon koruptor takut dan jera. Kata para tetangga saya sesama wong ndeso, keluar dari penjara masih tetap kaya raya hasil korupsi.

Semakin memprihatinkan, para anggota Dewan hanya pinter ngomong, mengurusi hal-hal remeh-temeh yang bukan tanggung jawabnya, dan belum tentu bisa bekerja untuk menyejahterakan rakyat kecil yang miskin.

Singkat kata, saya sebagai wong ndesomengusulkan agar sanksi hukum bagi koruptor diubah jadi seberat-beratnya. Kalau perlu tambahkan hukuman fisik, dengan bentuk bermacam-macam sesuai nilai uang yang dikorupsi, selain dipenjara. Semoga legislatif berani mengimplementasikan masukan dari wong ndeso ini. Saya tunggu hasilnya.

Djamali, Belimbing, Jember Lor, Patrang, Jember

 

Berlomba Baik

Setelah membaca "Puncak Patologi Parlemen" di Kompas, Jumat (27/10), saya dapat memahami bahwa DPR sedang sakit kalap. Penyakitnya antara lain miopia, amnesia, napas pendek, yang kemudian "mencubit" pihak yang tidak selevel, yaitu KPK.

Coba sekarang para anggota DPR itu berebut kebaikan dengan lembaga yang selevel, misalnya, Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila, untuk menyejahterakan masyarakat. Agama menganjurkan: "Berlomba-lombalah dalam kebaikan".

Mudah-mudahan dengan berlomba berbuat baik, semua pihak sama-sama menang sehingga berbagai penyakit DPR ini bisa disembuhkan dan Tuhan mengampuni. Biarlah rakyat yang bersorak bahagia.

Titi Supratignyo, Pondok Kacang Barat, Pondok Aren, Tangerang Selatan

Tagihan Jalan Terus

Saya menerima transferan Loan on Card dari Bank Mega pada 28/9/2017, yang dibukukan pada 19/9/2017 (back dated), dan langsung ditagih penuh mela-
lui surat elektronik bertanggal 29/9/2017.

Demi menghindari denda, tagihan saya lunasi seluruhnya sebelum jatuh tempo. Ternyata konversi cicilan berikut bunga, muncul di tagihan berikutnya, 19/10/2017. Artinya, saya harus "mencicil pinjaman yang sudah saya kembalikan seluruhnya".

Apakah pembukuan secara back dateddapat dibenarkan? Mengapa Bank Mega masih menagih cicilan atas pinjaman yang sudah dibayar lunas? Berhubung sudah dikembalikan, apa manfaat pinjaman itu?

Ketika ditelepon, layanan pelanggan Bank Mega tidak menawarkan solusi.<

Setiawan Suryana, Metro Permata, Tangerang

Uang Raib

Saya nasabah Bank Danamon Fleximax. Pada 12 September 2017 saya mengecek saldo tabungan via internet banking, ternyata saldo berkurang Rp 19.900.000.

Setelah ditelusuri, ada beberapa kali penarikan dana dari rekening saya melalui ATM Bersama di Batam pada 8 dan 9 September 2017.

Tanggal itu saya berada di Kota Cilegon, tidak sedang bepergian, dan kartu ATM ada di tangan saya. Saya tidak pernah meminjamkan kartu ATM dan tidak pernah kehilangan kartu ATM.

Pada 12 September 2017 saya langsung melaporkan hal tersebut ke Bank Danamon Cabang Cilegon dan dibuatkan surat pengaduan nomor 003493.

Pada 3 Oktober 2017 saya menanyakan pengaduan ke Bank Danamon, dijawab bahwa pengambilan di ATM tersebut dinyatakan berhasil (sah). Kasus dianggap selesai tanpa penyelidikan lebih lanjut. Bank Danamon tidak bertanggung jawab atas hilangnya uang saya.

Sebagai nasabah yang sudah mempercayakan uangnya untuk disimpan di Bank Danamon, saya sangat kecewa dan dirugikan dengan jawaban di atas. Di mana perlindungan nasabah?

Hadi Soegianto, Kelurahan Jombang Wetan, Kecamatan Jombang, Cilegon, Banten

Kompas, 11 November 2017

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger