Pemikiran ulama pada masalah keagamaan aktual sangat dibutuhkan dalam kondisi bangsa saat ini. Peran tersebut turut memberi sumbangsih membangun Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat dan berbudaya.

Peran dan tanggung jawab ini ditunjukkan para ulama saat perhelatan besar Musyawarah Nasional (Munas) dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama yang berlangsung di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis hingga Sabtu (23-25/11). Munas dan konbes ini dibuka Presiden Joko Widodo, Kamis.

Indonesia adalah tempat semua komponen bangsa berjanji hidup berdampingan secara damai, saling menghormati, dan saling menyayangi. Beruntung Indonesia memiliki ulama-ulama yang konsekuen terhadap kebangsaan sehingga tidak relevan lagi memperdebatkan ideologi kebangsaan di tengah masyarakat yang plural ini. Di sisi lain, masih banyak hal mendesak yang harus dikerjakan untuk kehidupan masyarakat Indonesia, mulai dari aspek sosial, politik, ekonomi, budaya, hingga hukum.

Paham kebangsaan sangat terkait dan berhubungan dengan paham agama dan kebangsaan. Paham ini akan mengalami pasang dan surut, tergantung bagaimana kita atau umat menjaganya. Jika kita bisa menjaga dengan baik, ia akan kokoh. Akan tetapi sebaliknya, apabila paham agama dan kebangsaan tidak dirawat dengan baik, paham itu akan tergerus oleh ideologi lain yang berkeliaran.

Oleh karena itu, patut didukung inisiatif yang dilakukan ulama NU menggelar munas dan konbes di Pulau Lombok ini. Forum ini akan membahas permasalahan-permasalahan keagamaan aktual (bahtsul masail) yang dipersembahkan bagi bangsa Indonesia untuk menjaga NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Sebagai orang yang sangat menguasai ilmu-ilmu keagamaan dalam semua aspek, akidah, syariah, dan akhlak, ulama secara total juga mengabdikan dirinya untuk melayani masyarakat dalam membina, mengembangkan, serta memelihara kesejahteraan spiritual mereka sehingga mampu memperoleh kebahagiaan dalam kehidupan di dunia dan kebahagiaan dalam kehidupan akhirat kelak.