Suasana penuh kedamaian dan kerukunan itu tidak datang begitu saja. Ada upaya dari negara dan organisasi masyarakat untuk memberikan rasa aman kepada warga untuk beribadah.
Di Jakarta, Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Mendagri Tjahjo Kumolo, serta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Jakarta Sandiaga Uno berkunjung ke sejumlah gereja. Mereka hadir untuk memastikan perayaan Natal berjalan aman. Aparat Polri dan TNI dikerahkan untuk menjaga situasi. Di luar Jakarta, situasi serupa kita temukan.
Terima kasih kepada pejabat negeri ini untuk bisa menghadirkan keamanan dan kedamaian. Kehadiran para petinggi negara di bidang keamanan, dan kehadiran Gubernur Jakarta serta gubernur di daerah lain, bisa dibaca sebagai sinyal kekompakan pejabat untuk terus merajut kembali tenun kebangsaan yang terkoyak akibat pertarungan pilkada.
Terima kasih juga kepada Polri dan Kementerian Perhubungan yang telah mengupayakan angkutan Natal berlangsung baik. Memang ada kemacetan. Akan tetapi, hal itu wajar dan kemacetan cepat terurai. Arus balik dan libur Tahun Baru harus tetap menjadi perhatian.
Sebagai sebuah perayaan, Natal telah berlalu. Namun, pesan Natal bersama Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) patut digarisbawahi. Pesan Natal itu tak lekang oleh waktu dan masih harus terus diperjuangkan.
Bagaimana menghadirkan Indonesia yang kian adil dan beradab, menjaga Indonesia yang majemuk, memerangi korupsi, dan menjaga lingkungan hidup. Sikap terlalu cinta akan harta adalah sumber kejahatan.
Kesenjangan sosial dan ekonomi adalah masalah bangsa yang harus dicarikan jalan keluar bersama. Sikap bersolider dan berbela rasa kepada sesama, mengutamakan sikap berbagi secara ekonomi, diyakini sebagai upaya kita untuk bisa bangkit dan tumbuh bersama.
Kerakusan untuk terus memperkaya diri dengan mengeksploitasi alam dan lingkungan hidup adalah tindakan yang tidak bijak. Apalagi jika langkah itu dilakukan dengan cara korupsi. Sikap untuk terus berburu harta dan kuasa bisa menjadi sumber bencana sosial.
Natal 2017 telah berlalu. Namun, semangat kerukunan dan kemajemukan haruslah tetap terjaga. Natal sebagai wujud kelahiran kembali dalam habitus baru haruslah terus diperjuangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar