Kalau Putin tidak mencalonkan diri lagi pada pemilu presiden yang akan diselenggarakan 18 Maret 2018, justru mengherankan. Putin menjadi presiden sejak tahun 2000, dan berhenti pada tahun 2008. Saat itu, ia tidak bisa mencalonkan diri lagi dalam pemilu presiden karena terhambat aturan konstitusi, yakni tidak bisa tiga kali berturut-turut. Putin sudah menjabat sebagai presiden selama dua periode, 2000-2004 dan 2004-2008.

Apa pun alasannya, dari yang berwarna ambisi pribadi, karena haus kekuasaan, sampai yang bernuansa nasionalistis, yakni demi bangsa dan negara, menjelaskan bahwa Putin tidak biasa pisah dari kekuasaan. Kekuasaan menjadi sesuatu yang harus dipertahankan dan tidak bisa dilepaskan darinya selama masih bisa.

Oleh karena tidak dapat lagi mencalonkan diri sebagai presiden, Putin masih punya cara untuk tetap berada di lingkaran kekuasaan. Ia mencalonkan Deputi Perdana Menteri Pertama Dmitry Medvedev untuk menjadi presiden. Setelah Medvedev terpilih menjadi presiden, Putin diangkat menjadi perdana menteri (2008-2012).

Putin menjabat sebagai Presiden Rusia sejak 7 Mei 2012. Periode masa jabatan Presiden Rusia adalah enam tahun. Medvedev benar-benar "hanya" menjadi "presiden penyela" sebelum Putin bertarung lagi dalam pemilu presiden. Pada pemilu presiden, 4 Maret 2012, Putin menang dalam putaran pertama dengan memperoleh 63,6 persen suara, di tengah tuduhan ada penggelembungan suara.

Apa pun, sejak saat itu, Putin berkuasa lagi. Putin yang muncul di panggung politik nasional setelah Uni Soviet (1991) runtuh dan menjadi "anak didik" Boris Yeltsin, presiden pertama setelah Uni Soviet ambruk, harus diakui merupakan tokoh sentral dalam percaturan politik Rusia, sejak hampir dua dasawarsa terakhir.

Selama ini, banyak yang menilai bahwa masa pemerintahan Putin dicirikan sebagai campuran antara otokrasi dan demokrasi. Bahkan, di mata para ilmuwan politik, di masa Putin, sistem politik Rusia berciri otoritarian. Putin disebut memainkan peran tunggal dan dominan dalam sistem politik Rusia. Tidak aneh kalau kemudian ada yang menyebutnya sebagai "Tsar" di zaman kini.