Sebagaimana diberitakan harian ini pada Jumat, Korsel dan Korut sepakat berparade bersama saat berlangsungnya upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin, bulan depan. Selain itu, sebelumnya, mereka juga sepakat membentuk tim hoki es putri gabungan yang akan berlaga dalam Olimpiade tersebut.

Kesepakatan ini merupakan hasil sejumlah pembicaraan kedua belah pihak. Pertemuan di antara mereka terwujud setelah pada awal 2018 Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mulai membuka diri dengan menyatakan keinginannya mengirim kontingen ke Olimpiade Musim Dingin.

Negara-negara di dunia umumnya menyambut baik dialog Korsel-Korut. Mereka berharap pertemuan kedua negara dapat menjadikan Semenanjung Korea damai dan tidak lagi menyuguhkan ketegangan. Namun, Amerika Serikat dan Jepang mengingatkan bahwa kesediaan Korut bertemu Korsel sangat mungkin bertujuan agar sanksi atas Pyongyang diperingan. Dengan kata lain, sejumlah negara melihat pertemuan Korut-Korsel tak bisa dijadikan indikasi bahwa Pyongyang mau menghentikan pengembangan senjata, khususnya nuklir.

Terlepas dari pandangan dunia internasional terhadap pembicaraan Korut-Korsel menjelang Olimpiade Musim Dingin, menarik bagi kita untuk mencermati respons publik Korsel terhadap rencana parade bersama dan pembentukan tim gabungan hoki es putri. Ternyata rencana parade bersama kurang mendapat sambutan positif dari warga Korsel. Padahal, sebelumnya, diperkirakan parade bersama kedua negara dalam pembukaan Olimpiade Musim Dingin akan memunculkan antusiasme luas, sebagaimana terjadi saat Korut-Korsel berparade bersama dalam Olimpiade Sydney 2000.

Dalam sebuah survei, hanya empat dari 10 warga Korsel yang mendukung rencana delegasi kedua negara berbaris bersama pada pembukaan Olimpiade. Pemberian kesempatan kepada delegasi Korut untuk berparade dengan kontingen Korsel dinilai sangat berlebihan. Setelah Korut terus-menerus melakukan uji coba nuklir dan rudal, publik Korsel merasa Korut tidak pantas diberi keistimewaan berparade bersama.

Rencana pembentukan tim gabungan hoki es juga mendapat kritik. Upaya memasukkan begitu saja atlet Korut merupakan bentuk "ketidakadilan" terhadap atlet Korsel yang sudah bekerja keras untuk mendapatkan tempat di dalam tim.