Amazon, Google, dan Facebook adalah sebagian dari perusahaan dengan profit mencengangkan karena mampu mengolah data dalam jumlah besar. Era baru ini muncul sebagai konsekuensi dari kemajuan teknologi komunikasi dan informasi.
Dengan memiliki data akurat mengenai kebiasaan jutaan penggunanya dalam memilih buku, "melihat-lihat" buku, Amazon memiliki algoritma yang bisa belajar dan semakin akurat dalam menawarkan buku kepada seorang konsumen. Kemungkinan si konsumen membeli buku yang ditawarkan sangat besar karena mesin Amazon kian efektif mengalkulasi buku yang hendak diajukan kepada pengunjuk dengan profil tertentu.
Hal serupa dimiliki Google. Mesin penerjemah mereka semakin canggih dalam menentukan arti kata dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Tingkat ketepatannya membaik karena mesin menerima begitu banyak input data mengenai kata-kata tersebut sehingga algoritma penerjemahan semakin bagus dan akurat. Teknologi machine learningyang merupakan bagian dari kecerdasan buatan (artificial intelligence) memungkinkan orang membuat algoritma yang bisa "belajar" dan semakin efektif.
Facebook juga bermain dengan data dalam jumlah masif semacam itu. Data perilaku lebih dari 2 miliar penggunanya merupakan aset berharga. Mereka sering memberi "like" pada video apa, membuka tautan pada situs apa, sering datang ke tampat apa terekam dengan baik dalam mesin Facebook. Data ini sangat berharga bagi pemasang iklan yang menghendaki informasi produk mereka tersampaikan ke kalangan yang tepat. Dengan kekayaan data ini, Facebook menjual slot iklan berharga tinggi kepada produsen. Kuncinya terletak pada data.
Lalu muncul perusahaan konsultan Cambridge Analytica yang mampu memiliki data 50 juta pengguna Facebook. Lewat data ini, mereka diduga menyuplai informasi yang sudah diolah dan disesuaikan terhadap profil 50 juta pengguna Facebook itu dengan tujuan memenangkan Donald Trump dalam pilpres 2016. Persoalannya, pemanfaatan data dilakukan tanpa izin dan tanpa akuntabilitas memadai. Pihak berwajib Inggris sedang menyelidiki perusahaan Cambridge Analytica.
Facebook ikut didera krisis, yakni krisis kepercayaan. Mengapa data puluhan juta penggunanya bisa begitu saja dipakai pihak ketiga? Sebagian kalangan menyuarakan agar tak lagi memakai Facebook. Saham Facebook anjlok pada pekan lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar