HENDRA A SETYAWAN

Mata uang dollar Amerika Serikat.

Akhir pekan lalu nilai tukar mata uang banyak negara melemah terhadap dollar AS. Rupiah menjadi salah satu mata uang dengan pelemahan terdalam.

Peluang melemahnya nilai tukar mata uang banyak negara sudah diperkirakan sebelumnya. Dana Moneter Internasional (IMF) telah berulang kali mengingatkan pentingnya negara-negara bersiap menghadapi gejolak pasar keuangan.

Pelemahan nilai tukar mata uang di banyak negara, termasuk euro, pound sterling, dan yen, disebabkan naiknya imbal hasil surat utang bertenor 10 tahun yang dikeluarkan Pemerintah Amerika Serikat. Dana di pasar uang negara-negara dengan cepat bergerak keluar untuk membeli surat utang tersebut.
Kenaikan imbal hasil surat utang itu disebabkan ekspektasi naiknya inflasi di AS menyusul kenaikan harga minyak bumi dan harga metal pekan lalu. Hal tersebut dapat mendorong Bank Sentral AS mempercepat kenaikan suku bunga acuan dan pada gilirannya membuat dollar AS menguat terhadap mata uang banyak negara.

Dalam konferensi tingkat tinggi pada 26 Februari 2018 di Jakarta, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde menyebut tentang tatanan ekonomi yang tengah berubah saat ini. Di dalam pergeseran itu, kerentanan dapat terjadi pada negara-negara yang tidak bijaksana mengelola kebijakan fiskal dan moneternya.

Kita saat ini melihat meningkatnya gejolak di pasar keuangan. Pendorong terbesar adalah upaya menormalkan kebijakan fiskal di AS dan Uni Eropa disebabkan membaiknya indikator ekonomi negara-negara tersebut, diukur dari inflasi dan penciptaan lapangan kerja.
Meskipun gejolak pasar keuangan sudah diprediksi akan terjadi, belum terlalu jelas bagaimana dampaknya pada perekonomian negara-negara, pengaruhnya pada kinerja perusahaan, penciptaan lapangan kerja, hingga kemampuan pemerintah negara-negara melanjutkan pembangunan, terutama ketika memiliki utang dalam jumlah besar.

Banyak pihak terus mengingatkan, ke depan situasi masih tetap akan bergejolak, meskipun tekanan akibat ketegangan geopolitik mereda sementara dengan munculnya harapan perdamaian antara Korea Utara dan Korea Selatan, sementara situasi di Timur Tengah masih terus bergejolak.

Resep yang sering disebutkan untuk mengurangi dampak gejolak di pasar keuangan dunia adalah dengan memperdalam pasar keuangan di dalam negeri, meningkatkan pendapatan dan sekaligus mengefisienkan dan mengefektifkan pengeluaran negara. Dengan kata lain, ekonomi perlu didiversifikasi, ekspor ditingkatkan, investasi langsung di dalam negeri didorong, dan konsumsi dalam negeri ditumbuhkan dengan menciptakan sistem yang memungkinkan ekonomi lebih inklusif.