China mendaratkan pesawat pengebom berat di sebuah pulau di Laut China Selatan yang menjadi sengketa. Militerisasi di perairan tersebut kian nyata.
Pada Jumat lalu, Angkatan Udara China mengungkapkan telah mendaratkan pesawat pengebom H-6K di sebuah pulau di perairan Laut China Selatan, yang diklaim oleh Beijing sebagai bagian teritorial negara itu. Pendaratan disebutkan bertujuan meningkatkan kemampuan riil tempur guna merespons berbagai ancaman keamanan di laut.
Sejumlah pakar yang memantau pergerakan kekuatan militer China menyampaikan, pendaratan terjadi di Pulau Woody, di Kepulauan Paracel. Selain oleh China, kepulauan di perairan Laut China Selatan ini juga diklaim oleh Vietnam serta Taiwan.
Kecaman datang dari Amerika Serikat. Kementerian Pertahanan AS menilai pendaratan pesawat pengebom berat merupakan bentuk militerisasi yang terus dilakukan oleh China di kawasan perairan Laut China Selatan. Respons juga datang dari Filipina. Bedanya, Manila hanya menyebutkan bahwa mereka telah menempuh langkah diplomatik yang terukur guna menyikapi pendaratan pengebom berat oleh China.
Lewat Twitter, media China, People's Daily, menampilkan video saat pengebom H-6K melakukan pendaratan. Tampak pulau yang menjadi lokasi pendaratan memiliki fasilitas dan infrastruktur yang memadai. Landasan pacu rapi dan bersih.
Sejumlah analis menyebutkan, pendaratan itu juga merupakan persiapan bagi langkah serupa di Kepulauan Spratly. Berada lebih ke selatan, Kepulauan Spratly, selain diklaim oleh China, juga diklaim oleh Filipina, Vietnam, Taiwan, dan Malaysia.
Bagi Beijing, pergerakan pesawat pengebom bukan sesuatu yang luar biasa karena Laut China Selatan memang bagian dari wilayah negara tersebut. Pendaratan pesawat pengebom juga merupakan latihan militer rutin.
China justru menyebut langkah AS yang sering mengirim pesawat atau kapal militer ke Laut China Selatan sebagai provokasi yang membahayakan negara-negara sekitar. AS membantah dengan menyebut, pengiriman pesawat atau kapalnya ke kawasan sengketa Laut China Selatan bertujuan memastikan tetap dihormatinya kebebasan navigasi di perairan itu.
Perkembangan mutakhir di Laut China Selatan mengingatkan kita betapa sesungguhnya ada potensi cukup besar bagi pecahnya konflik. ASEAN, yang anggota-anggotanya berada di sekitar Laut China Selatan dan sebagian di antaranya ikut bersengketa dengan China, sangat berkepentingan bagi terwujudnya perdamaian yang solid di kawasan. Hanya dengan kawasan yang damai dan aman, ASEAN selama ini dapat tumbuh serta sejahtera. Karena itu, tercapainya kesepahaman antara ASEAN dan China untuk merampungkan tata perilaku guna menekan potensi konflik terbuka merupakan sesuatu yang positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar