Kebangkitan BUMN Kita
BUMN Indonesia ternyata semakin tampil sebagai gurita bisnis yang kian besar dan profesional. Perkembangan ini seyogianya mem- besarkan hati kita.
Namun demikian prestasi tersebut sering tidak cukup dipublikasikan (under exposed) dan bahkan sering tertutup oleh kasus-kasus hukum yang sering menutupi prestasi para BUMN tersebut. Padahal melihat perkembangan mereka, saya sangat yakin bahwa mereka tidak kalah dibandingkan dengan Temasek dari Singapura maupun Khazanah dari Malaysia.
KA dan maskapai penerbangan bintang lima
Baru-baru ini bersama rekan perusahaan kami melakukan perjalanan dari Stasiun Tanah Abang ke Stasiun Maja. Kereta berangkat dan tiba tepat waktu. Setiap 15 menit sekali petugas membersihkan lantai kereta sehingga selalu terlihat bersih. Keadaan ini membuat kereta kita jauh lebih baik dibandingkan dengan Subway di New York yang semakin kumuh.
Ignatius Jonan merupakan tokoh penting yang melakukan transformasi perusahaan kereta api tersebut. Prestasinya akhirnya membawa Jonan menjadi menteri perhubungan dan setelahnya menjadi Menteri ESDM.
Edi Sukmoro adalah anggota tim transformasi PT KAI. Posisi itulah yang membuat estafet kepemimpinan PT KAI berlangsung sangat mulus. Kinerja yang baik dari Jonan akhirnya diteruskan oleh Edi Sukmoro dengan kinerja yang tidak kalah primanya. Jumlah penumpang terus mengalami kenaikan.
Demikian juga dengan angkutan kargo, terutama angkutan batubara yang terus meningkat. Perkembangan tersebut membuat PT KAI menghasilkan laba yang semakin meningkat meskipun dengan gaji karyawan yang lumayan tinggi.
Bulan lalu saya terbang ke New York dan menumpang pesawat All Nippon Airline. Ini adalah perusahaan penerbangan bintang lima favorit saya sewaktu saya bermukim di Washington DC. Sesudah saya kembali ke Indonesia saya lebih banyak menggunakan Garuda, bahkan untuk jarak jauh sekalipun. Saya sangat bisa merasakan bahwa First Class di Garuda secara obyektif lebih baik dibandingkan dengan ANA. Selain kualitas pelayanan, Garuda juga lebih baik dari sisi kabinnya.
Saya juga sering menggunakan kelas bisnis Garuda. Dalam berbagai kesempatan saya bahkan berpikir selain kualitas kabin dan kursi penumpang (seat)-nya, pelayanan kelas bisnis Garuda ternyata tidaklah berbeda jauh dengan kualitas pelayanan kelas satu dari perusahaan penerbangan tersebut. Dengan kualitas yang disandang Garuda sebagai "the best Economy Class in the World" saya bisa merasakan bahwa secara keseluruhan Garuda layak menyandang gelar perusahaan penerbangan bintang lima.
Saya bahkan sangat jarang menggunakan penerbangan Singapura meskipun perusahaan tempat saya bekerja memperbolehkannya. Bagi saya membandingkan Garuda dengan perusahaan penerbangan Singapura dari sisi "value for money" Garuda jelas lebih baik.
Terbang menggunakan Garuda bagi saya sudah bukan lagi karena sikap nasionalisme saya tetapi lebih karena kualitasnya. Ternyata hal ini pulalah yang saya saksikan sendiri dari penerbangan saya yang terakhir ke Amsterdam di mana pesawat hampir penuh, termasuk di kelas bisnis, dan sebagian besar penumpang adalah wajah Eropa.
Beberapa bulan yang lalu terbetik berita bahwa jumlah penumpang yang melalui bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng sudah melampui jumlah penumpang yang melalui bandara Changi di Singapura. Bandara Singapura yang merupakan bandara terbaik di dunia tersebut disinggahi 63,2 juta penumpang di tahun 2017, sementara bandara Cengkareng disinggahi 64 juta orang. Bagi orang yang melihat "gelas setengah kosong" pasti akan mengatakan bahwa Changi tetap lebih hebat.
Saya biasa melihat sesuatu dengan kaca mata "gelas setengah penuh". Dalam hal ini ada beberapa poin yang menjadi kan saya optimis dengan masa depan bandara kita. Yang pertama adalah bahwa tingkat pertumbuhan penumpang penerbangan di Indonesia jauh melebihi Singapura. Jadi selisih antara jumlah penumpang di bandara Cengkareng dengan bandara Changi pasti akan semakin lebar.
Yang kedua adalah bahwa Singapura hanya mengelola satu bandara itu saja, sementara Angkasa Pura 2 saja memiliki banyak bandara yang total penumpangnya mencapai 105 juta orang di tahun 2017. Belum lagi dengan Angkasa Pura 1.
Dari sisi kualitas dan pengembangan bisnis non aero, bandara Indonesia memang masih tertinggal dibandingkan dengan Changi. Bagaimanapun Changi nomor satu di dunia. Tetapi Terminal 3 Cengkareng sudah menampilkan diri jauh lebih bagus. Demikian juga dengan bandara Juanda, Ngurah Rai, dan New Yogyakarta International Airport nantinya.
Bandara Cengkareng bahkan jauh lebih bagus dibandingkan dengan kebanyakan bandara di Amerika Serikat maupun Eropa. Ternyata dengan benchmarking terus menerus ke Changi ikut membawa perubahan yang luar biasa kepada bandara kita.
Menuju pelabuhan kelas dunia
Baru-baru ini Presiden Jokowi meresmikan pelabuhan Tanjung Priok sebagai tempat persinggahan kapal terbesar yang mampu mengangkut 10 ribu TEU (Twenty Foot Equivalent Unit). Kapal ini melayani rute Jakarta Los Angeles secara langsung tanpa harus melewati Singapura untuk transhipment.
Pelayaran langsung Jakarta Los Angeles memungkinkan pengurangan waktu angkut secara drastis yang dampaknya terjadi penurunan biaya. Pelayaran langsung ini akhirnya menarik banyak peritel dunia yang akhirnya mencari produk di Indonesia yang pada akhirnya menjadikan Indonesia sebagai basis produksi banyak barang keperluan global.
Proses evolusi pelabuhan Tanjung Priok sehingga mampu menampung kapal-kapal ukuran besar tersebut berjalan relatif cepat. Dewasa ini, dengan mulai terbangunnya "hub-hub" yang lebih besar seperti pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Surabaya, Makassar dan pembangunan pelabuhan yang besar di Sorong, pada akhirnya cita-cita membangun "Pendulum Nusantara" yang pernah dicetuskan RJ Lino semakin lama semakin terwujud.
Pada akhirnya pengembangan konsep Tol Laut akan berjalan semakin lanjut, yang akan menjadikan jaringan pelabuhan di Indonesia sebagai jaringan pelabuhan kelas dunia.
Berbagai perkembangan tersebut pada akhirnya memberikan gambaran yang lebih jelas kebangkitan BUMN Indonesia. Apa yang ditampilkan di artikel ini hanyalah BUMN yang berada di sektor perhubungan. Masih banyak lagi BUMN Indonesia yang mengalami perkembangan yang sangat membesarkan hati.
Dengan melihat perkembangan tersebut selayaknya kita patut bangga akan perkembangan dan kemampuan BUMN kita. Bank BCA, yang dipandang sebagai bank yang sangat teliti dalam proses pemberian kreditnya, dewasa ini bahkan sudah memberikan kredit kepada 43 BUMN baik induk, anak maupun cucu perusahaan. Ini adalah sebuah testimoni dari tingkat profesionalitas BUMN yang memungkinkan mereka sangat bankable di mata bank-bank di luar bank BUMN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar