Rentetan serangan dari pesawat Rusia, Kamis (28/6/2018), di selatan Suriah, menewaskan sedikitnya 22 orang. Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) menyebutkan, salah satu serangan itu menyasar dasar bangunan yang dijadikan tempat mengungsi sementara. Serangan tersebut menewaskan 17 orang, termasuk lima anak-anak.

Kekhawatiran terjadi eskalasi perang di Suriah dikemukakan De Mistura pada sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) saat akan membentuk Komite Khusus untuk Suriah. "Kami melihat serangan darat dan udara dengan skala besar dari kedua belah pihak," ujar Mistura sambil menambahkan, serangan ke wilayah selatan itu seperti gabungan serangan Suriah ke Gouta Timur dan Aleppo.

Namun, Duta Besar Suriah untuk PBB Bashar al-Ja'afari menuduh Mistura membuat pernyataan berbahaya karena serangan ke wilayah selatan itu didahului oleh serangan teroris ke permukiman warga. Ja'afari menyebut serangan itu adalah tugas dari tentara Suriah untuk melindungi warganya.

Rabu lalu, negara Barat di Dewan Keamanan PBB meminta Moskwa "menegakkan komitmennya" di Suriah dan menghentikan serangan yang didukung Rusia ke Provinsi Deraa dan Quneitra di selatan, yang merupakan daerah gencatan senjata. "Amerika Serikat (AS) sudah mengonfirmasi serangan Rusia ke wilayah selatan, yang ditetapkan sebagai wilayah deeskalasi," ujar Jonathan Cohen, Wakil Dubes AS di PBB. Seruan serupa dilontarkan Dubes Perancis, Belanda, Swedia, dan Inggris di PBB. "Kami bergabung dengan Perancis dan AS untuk mendesak Rusia menghentikan serangannya di selatan Suriah sehingga krisis kemanusiaan lebih parah dapat dicegah," ujar Karen Peirce, Dubes Inggris di PBB.

Namun, seperti Ja'afari, Dubes Rusia di PBB Vasily Nebenzia menyangkal tuduhan Barat. "Kota seperti Deraa dan Sweida, sebagai daerah hunian, termasuk dalam wilayah deeskalasi, sedang jadi target para jihadis," katanya.

Di pusat kota Afrin, daerah utara Suriah yang dikontrol penuh oleh pasukan Turki, terjadi serangan bom mobil yang menewaskan sedikitnya 20 orang. Afrin, yang dikuasai pasukan Turki dan tentara Suriah, awalnya dikuasai militan Kurdi yang oleh Pemerintah Turki disebut teroris.

Barat menuduh serangan Suriah yang dibantu Rusia menyasar tiga rumah sakit di tiga kota, yaitu Saida, Jizah, dan Musayfira, di timur kota Deraa, yang sejak masuk wilayah deeskalasi tahun 2017 relatif aman. Serangan ini sedikitnya membuat 50.000 warga kehilangan tempat tinggal.