AFP/NELSON ALMEIDA

Pemain serang Brasil, Neymar, berlatih di Stadion Yug Sport, Sochi, Jumat (29/6/2018). Neymar akan memimpin rekan-rekannya menghadapi Meksiko pada babak 16 besar Piala Dunia 2018 di Samara Arena, Samara, Rusia, Senin (2/7).

 

Dua superstar sepak bola, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, dipaksa angkat kaki lebih awal dari Rusia. Kini, akankah Neymar menjadi megabintang ketiga yang terusir dari Rusia?

Duel dua superstar bola itu sungguh dinanti-nantikan. Publik bola menanti dengan berdebar-debar, akankah Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo jadi berduel di perempat final? Memang suasana stadion akan lain apabila dua superstar itu tampil.

Tiap kali Messi tampil, fans Argentina menghadiri pertandingan seperti sedang merayakan ibadat misa. Dalam "misa Messi", fans Argentina bagaikan tersulap. Tiap sentuhan dan operan bola Messi dihormati dengan penuh bakti. Demikian pula dengan Ronaldo, lebih-lebih apabila ia melakukan tendangan bebas atau penalti. Bagi fans Portugal, momen itu seperti saat konsekrasi, peristiwa paling puncak dalam ritual ibadat misa.

Ternyata "ibadat bola pada Sabtu malam dan Minggu pagi" yang lalu menjadi tragedi bagi keduanya. Dua superstar bola itu tidak jadi ketemu. Keduanya telah terusir dari Piala Dunia 2018 setelah Argentina ditekuk Perancis, 3-4, dan Portugal tunduk di kaki Uruguay, 1-2.

Messi dan Ronaldo telah menghilang dari panggung Piala Dunia. Kini tinggal Neymar Jr. Akankah superstar Brasil ini menyusul mereka berdua? Neymar memang juga seorang superstar. Ia pindah ke Paris Saint-Germain di Perancis antara lain karena ia tidak mau selalu berada di bawah bayang-bayang Messi dan Ronaldo di Spanyol. Piala Dunia 2018 adalah panggung di mana ia hendak menunjukkan kehebatannya, lebih daripada kedua superstar itu.

Ia harus tampil prima. Tidak hanya dalam hal kehebatan bermain, tetapi juga dalam hal ketampanan fisiknya. Maka, tak segan-segan sebelum penampilan perdananya melawan Swiss, ia mendatangkan penata rambutnya secara khusus ke Rostov-on- Don. Rambut atasnya jadi amat modis, seperti jerami yang dihairspray. Ada juga yang mengatakan, rambutnya jadi seperti spageti.

Sayang, di hadapan fans Brasil, penampilan fisik superstarnya itu ternyata belum diimbangi benar dengan penampilan bolanya yang prima. Malah di mata mereka, Neymar masih seperti pemain yang bingung. "Neymar adalah sebuah bundelan saraf", begitu harian Estado de Sao Paulo meringkaskan kekacauan permainan Neymar ketika melawan Kosta Rika.

Pada laga kedua grup melawan Kosta Rika, Neymar mendapat kartu kuning karena ia membanting bola, marah terhadap keputusan wasit Bjorn Kuipers. Di bawah pelatih Tite, dalam 13 pertandingan, Neymar sudah menabung lima kartu kuning. "Ia harus lebih bisa mengontrol diri," tulis koran Folha di negerinya.

Ia juga sempat beradegan teatrikal, minta tendangan penalti, karena dijatuhkan oleh bek Kosta Rika, Giancarlo Gonzalez, di daerah berbahaya. VAR membatalkan keputusan wasit yang semula menyetujui Neymar.

Neymar juga sempat memarahi keras rekannya, Thiago Silva, yang mengembalikan bola ke lawan untuk memberi kesempatan lawan menangani pemainnya yang mungkin cedera. Neymar menganggap Silva tak perlu melakukan hal itu karena Kosta Rika sudah terlalu banyak membuang waktu.

"Ia sangat mencela saya, ya, saya mengertinya, dia nervous," kata Silva. Memang sulit menilai Neymar. Ia terombang-ambing di antara watak narsistis, gemar beraksi teatrikal, dan nervous. Pada akhir pertandingan melawan Kosta Rika itu, ia terlepas dari semua ketegangan yang harus ditanggungnya. Ia menangis. "Saya bilang kepadanya, baik kamu menangis. Dia harus lepas dari tekanan yang membebani dirinya," tutur Silva.

"Ia adalah superstar kami. Tak mudah baginya jika ia harus menanggung semua beban ini di pundaknya. Kami berusaha membagi tekanan-tekanan pada pundak kami masing-masing. Namun, betapa pun, Neymar memang berbeda dari kami semua," kata pemain sayap Brasil, Douglas Costa.

Pelatih Tite menguatkan, Neymar akan bermain makin baik dari pertandingan ke pertandingan. "Ia adalah manusia. Dalam turnamen ini, ia masih akan meraih kehebatannya," hibur Tite.

Sebagai superstar, Neymar memang lebih beruntung daripada Messi dan Ronaldo. Messi dan Ronaldo boleh hebat, tetapi kesebelasan Argentina dan Portugal sedang loyo. Neymar beruntung karena berada dalam kesebelasan Brasil yang sedang prima. Di bawah komando Tite, Brasil memang menjadi favorit yang harus disegani.

Setelah lama di-drill dalam ketegangan bermain di bawah Luiz Felipe Scolari dan Dunga, Brasil di bawah Tite berhasil kembali pada kredo bolanya, yakni permainan indah penuh alegria, atau kegembiraan bermain bola.

Menurut Zico, mantan kapten Brasil, Tite telah membebaskan sepak bola Brasil dari ketakutannya. Pemain Brasil tidak lagi takut membuat kesalahan dalam bermain. Terpenting, Brasil kembali memainkan sepak bola kolektifnya. Dengan kolektivitas, Brasil terbebas dari ketergantungan pada peran istimewa Neymar, yang sering menjadi beban tidak hanya bagi Neymar sendiri, tetapi juga bagi kesebelasan secara keseluruhan.

Kejutan Meksiko

Neymar dan kawan-kawannya kelihatan boleh bernapas sedikit lega. Di fase gugur ini, Meksiko adalah lawan yang sudah sering mereka tundukkan. Namun, mereka harus ingat, Meksiko bisa bermain dengan tak terduga. Dan dengan ketakterdugaan itu, mereka memukul juara bertahan Jerman.

"Meksiko mempunyai taktik yang sama sekali lain daripada dugaan kita," komentar Manajer Jerman Oliver Bierhoff.

Menjelang Piala Dunia 2018, skuad Meksiko sempat dilanda krisis kepercayaan. Publik bola Meksiko marah terhadap anak- anak asuhan pelatih Juan Carlos Osorio karena mereka kedapatan mengadakan fiesta orgy bersama dengan 30 wanita penghibur. Kemarahan itu sejenak terlupakan karena prestasi skuad Meksiko.

Bersama Hirving Lozano, striker tajam yang membukukan
17 gol bagi juara Liga Belanda, PSV Eindhoven, Meksiko seperti menghadapi tugas yang mustahil malam ini. Namun, jika berhasil melumpuhkan Brasil, anak-anak Osorio itu akan ikut terdaftar sebagai kesebelasan yang membukukan catatan bahwa Piala Dunia 2018 ini tampaknya bukan panggung bagi superstar.

Memang, andaikan Meksiko berhasil mengalahkan Brasil, berarti mereka sekaligus mengusir Neymar sebagai superstar ketiga yang harus menyusul dua superstar, Messi dan Ronaldo, keluar dari panggung Piala Dunia di Rusia ini.