AP PHOTO/YEMEN'S DEFENSE MINISTRY

Tentara Yaman menembakkan roket ke posisi Al Qaeda di wilayah pegunungan di kota Meyfaa, Provinsi Shabwa, Yaman, Mei 2014. Al Qaeda mengambil alih beberapa kota di Shabwa pada 2015 dan mundur dari posisi itu pada akhir 2017 serta awal 2018. AP menemukan bahwa mereka menarik diri di bawah perjanjian rahasia dengan koalisi dukungan Amerika Serikat.

Kita tak terlalu terkejut bahwa ada kesepakatan antara sayap Al Qaeda di Yaman dan pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi mengingat kedekatannya selama ini.

Dalam dua tahun terakhir, pasukan koalisi Arab pimpinan Arab Saudi yang didukung Amerika Serikat selalu mengklaim kemenangan demi kemenangan di Yaman. Namun, yang tidak banyak diungkap adalah banyak kemenangan itu diraih tanpa melepaskan tembakan apa pun.

Mungkin saja kemenangan ini terkait dengan kesepakatan rahasia antara sayap Al Qaeda di Jazirah Arab (AQAP) dan pasukan koalisi. Bahkan, koalisi membayar agar AQAP mau meninggalkan kota yang dikuasainya di Yaman dan koalisi membiarkan mereka membawa senjata dan harta yang dimilikinya. Bahkan, tidak sedikit dari mereka, anggota AQAP, yang direkrut oleh pasukan koalisi.

Kesepakatan ini mencerminkan kepentingan kontradiktif Arab Saudi di Semenanjung Arab. Di satu sisi, AS bekerja dengan sekutu Arab-nya untuk menghilangkan AQAP. Meskipun sebenarnya misi utamanya memenangi perang saudara dengan melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman.

Namun, dalam pertempuran itu, pejuang AQAP berada satu pihak dengan koalisi pimpinan Saudi dan AS. Menurut kantor berita Associated Press (AP), meskipun Departemen Pertahanan AS (Pentagon) membantah, tak dapat dimungkiri sebagian personel militer AS menyadari hal itu. Mereka lebih memprioritaskan membendung pengaruh Iran di kawasan dibandingkan dengan harus berperang melawan AQAP.

Dari investigasi AP, sekarang sudah sulit membedakan mana pejuang AQAP dan mana yang bukan karena saking banyaknya perekrutan terhadap milisi AQAP di Yaman. Wajar jika banyak perang terhadap AQAP oleh pasukan koalisi di Yaman hanya dianggap sebagai "lelucon".

Di beberapa tempat, milisi AQAP berjuang independen, tetapi dalam banyak kejadian komandan milisi dari kelompok Salafi (konservatif) dan Ikhwanul Muslimin mempertemukan mereka dengan komandan koalisi. Temuan AP menunjukkan, dari komandan koalisi inilah milisi AQAP ini mendapatkan dana.

Sejak pecah perang sipil, wilayah Yaman dikuasai sejumlah kelompok. Sebagian Yaman dikuasai pasukan Presiden Abdurabbuh Mansour Hadi yang mengungsi ke Arab Saudi. Koalisi militer dibentuk oleh Riyadh untuk menginvasi Yaman sejak 2015 dengan alasan membantu Hadi. Sebagian wilayah Yaman lainnya dikuasai milisi Houthi, AQAP, dan Dewan Transisi Selatan.

Bagi warga Yaman, AQAP tak lebih dari kelompok perlawanan terlatih dan pejuang keras. Beberapa tahun terakhir, AQAP mendekati kepala suku untuk membangun loyalitas dengan menikahi mereka.