Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 04 September 2018

Angkat Besi di Asian Games//Libur, Wisata, dan Kemiskinan//Knalpot di Jakarta 80 Desibel//Alat Musik Nusantara//Cincin Kawin di Kereta Ambarawa (Surat Pembaca Kompas)


Angkat Besi di Asian Games

Kasus atlet Triyatno terlambat naik panggung sehingga kehilangan peluang meraih medali angkat besi Asian Games 2018 jangan dianggap sepele. Apa pun alasannya, jelas bahwa tim lifter yang mendampingi atlet tidak fokus dan terkesan tidak serius.

Menteri Pemuda dan Olahraga beserta Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) perlu mengusut kasus ini. Negara telah mengeluarkan biaya banyak—juga waktu, tenaga, dan pikiran atlet dan pelatih—mengapa malah disia-siakan? Yang bikin heran, penyebabnya disebutkan miskomunikasi. Alasan yang tak masuk akal.

Harus ada yang bertanggung jawab mengapa hal ini bisa terjadi di ajang Asian Games 2018 Jakarta-Palembang.

A Ristanto
Jalan Agape, Jatimakmur,
Pondokgede, Bekasi, Jawa Barat

Libur, Wisata, dan Kemiskinan

Pada berita Kompas (18/7/2018) halaman 15 disebut bahwa saat libur Lebaran "lokasi wisata diserbu masyarakat". Sebenarnya tak hanya saat libur Lebaran lokasi wisata dipadati pengunjung. Tiap libur apa pun kawasan tamasya kuyup pengunjung.

Tak hanya di tengah atau di dalam kota; di pelosok pun begitu. Tak hanya mereka yang bermobil; yang menumpang kendaraan umum dan yang bersepeda motor pun ikut "merayakan libur telah tiba".

Pada hemat saya, hal itu menunjukkan bahwa golongan ekonomi menengah ke bawah sudah mulai merasa perlu rekreasi karena kebutuhan pokok—sandang, pangan, dan papan, bahkan pendidikan—telah cukup.

Oleh karena itu, retorika mengenai kemiskinan oleh pendukung calon presiden dengan menggunakan berbagai data dari berbagai sumber tampaknya tak nyambung dengan kondisi di lapangan. Lagi pula, kemiskinan dan pengangguran tak hanya di negara berkembang, di negara kaya pun tersua gelandangan.

Sayoso
Patangpuluhan, Gajahan,
Solo, Jawa Tengah

Knalpot di Jakarta 80 Desibel

Jalan di Jakarta sangat padat. Macet itu bikin stres. Eh, akhir-akhir ini tambah lagi sumber stres di jalan: bunyi knalpot yang keras.

Kami mengusulkan agar bunyi knalpot yang keras dari sepeda motor ataupun mobil dilarang. Batas yang diperbolehkan, kami sarankan, 80 desibel. Pembunyi knalpot yang lebih dari 80 desibel didenda, misalnya Rp 500.000.

Alat pengukur nisbah intensitas itu dapat dibeli di toko alat kesehatan. Polisi hanya menempelkannya di dekat knalpot dan membaca berapa nisbah intensitas tersebut. Ukuran di atas 80 desibel dapat mengganggu kesehatan telinga yang bermuara paada kurang pendengaran.

F Pudiyanto
Mandolin 12, Kelapa Gading,
Jakarta Utara

Alat Musik Nusantara

Saya berbesar hati bahwa Kompas menyajikan seri liputan ekspedisi yang membangkitkan bangga berbangsa. Salah satu episodenya ihwal alat musik Nusantara.

Liputan itu menyajikan ragam budaya Nusantara secara rinci, mulai dari alat musik tradisional, cara memainkan, sampai kehidupan pemainnya dalam melestarikan kebudayaan. Kompas menyuguhkan alat musik tradisional yang terus digerus zaman dan mulai langka.

Saya yakin Kompas akan tetap menyajikan artikel sejenis untuk memberi khazanah dan mengajak cinta Tanah Air kepada pembaca.

Vita Priyambada
Jalan Bendungan Siguragura III/6,
Malang, Jawa Timur

Cincin Kawin di Kereta Ambarawa

Telah kami temukan cincin kawin di lantai Kereta Ambarawa Ekspres rute Semarang-Surabaya dengan tujuan Pasar Turi, Surabaya. Cincin itu bermata mutiara dan ada nama wanita tertulis di dalamnya.

Pemilik cincin sila menghubungi kami. Akan kami kembalikan secara utuh tanpa biaya apa pun. Nomor ponsel ada pada redaksi.

Sri Handoko
Jalan Tugurejo,

Kecamatan Tugu, Semarang

Kompas, 4 September 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger