AP PHOTO/RICARDO BORGES

Pendukung calon presiden Jair Bolsonaro bersama simpatisan Partai Sosial Liberal merayakan keunggulan Bolsonaro di depan rumah Bolsonaro di Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (7/10/2018). Hasil resmi menunjukkan bahwa dua kandidat presiden Brasil, Fernando Haddad dari Partai Buruh dan Jair Bolsonaro yang anggota kongres sayap kanan, akan berhadapan di putaran kedua pemilihan.

Meski unggul cukup jauh, calon presiden dari ultrakanan yang bekas tentara, Jair Bolsonaro, harus menjalani pemilihan kedua untuk terpilih pada pemilu Brasil.

Bolsonaro meraih 46 persen suara dari 99,9 persen suara yang sudah dihitung, sementara lawannya dari Partai Pekerja yang mantan Wali Kota Sao Paolo, Fernando Haddad, hanya meraih 29 persen pada pemilu yang dilaksanakan hari Minggu (7/10/2018). Namun, aturan pemilu presiden di Brasil mensyaratkan seorang calon harus meraih 50 persen lebih untuk bisa terpilih.

Putaran kedua antara Haddad dan Bolsonaro akan digelar pada 28 Oktober 2018. Dalam beberapa hari ke depan, banyak kemungkinan bisa terjadi ketika kandidat dari kelompok kiri tengah dan kanan tengah akan memutuskan dukungannya.

Seperti kita baca di harian ini kemarin, Jair Bolsonaro (63) yang dikenal sebagai pengagum rezim diktator militer yang pernah berkuasa di Brasil (1964-1985) mendapat dukungan besar dari komunitas Evangelis. Dia menjanjikan akan menghalangi pengesahan aborsi, perkawinan sesama jenis, dan narkoba.

Komentar-komentar terkait kampanye Bolsonaro telah membuat kecewa banyak orang. Namun, Bolsonaro berhasil memanfaatkan kemarahan mendalam warga Brasil terhadap politisi tradisional mereka. Sejak tahun 2014, jaksa menuduh bahwa Pemerintah Brasil dijalankan seperti kartel dengan miliaran dollar yang dibagikan dengan imbalan suap dan suap.

Partai Pekerja menjadi pusat dari penyelidikan kasus suap dan korupsi, serta sebagian berpindah mendukung Bolsonaro sebagai cara untuk menjauhkan jabatannya dari partai. "Saya menentang pencuri dan korupsi. Kami tahu bahwa semua orang berjanji untuk mengakhiri itu, tetapi saya merasa Bolsonaro yang bisa menyelesaikan itu," ujar Mariana Prado (54).

Banyak pengamat ragu Haddad dapat menyusul popularitas Bolsonaro dalam waktu pendek, kalaupun kelompok kiri tengah dan kanan tengah bergabung dengan Haddad. Pada putaran pertama, Bolsonaro meraih 49 juta suara dan hanya butuh tambahan 5 juta suara untuk memenangi pemilu, sedangkan Haddad perlu tambahan 23 juta suara.

Sebelum pemilu berlangsung, pasar memberi reaksi cukup positif dengan prospek kemenangan calon ultrakanan ini. Mata uang Brasil naik 0,5 persen pada hari Jumat dan indeks saham naik 0,3 persen. Namun, sebagian warga khawatir kemenangan Bolsonaro akan membawa Brasil kembali ke arah diktatorial. Sejarawan HeloĆ­sa Starling mengatakan, Haddad perlu membentuk koalisi demokrasi yang besar jika Brasil ingin menghindari kembali tirani. "Haddad harus bisa merangkul siapa pun yang ingin demokrasi tetap hidup di Brasil," katanya.