
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri), tanggal 23 Oktober 2018, bertemu dengan Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat John Bolton (kanan), di Kremlin, Moskwa. Keduanya membahas rencana penarikan diri AS dari Traktat Intermediate-range Nuclear Force (INF).
Amerika Serikat memastikan tetap pada rencana semula, yakni menarik diri dari Traktat Rudal Nuklir Jarak Menengah atau Intermediate-range Nuclear Force.
Seperti diwartakan oleh harian ini Kamis (25/10/2018), Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton telah bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menyampaikan rencana Washington menarik diri dari Traktat Intermediate-range Nuclear Force (INF). Setelah sekitar 1,5 jam berbicara dengan Putin, AS tetap pada rencana semula, yaitu keluar dari perjanjian itu. Pertimbangannya, seperti disampaikan Bolton, kemunculan realitas strategis yang baru di dunia. Dengan kata lain, bagi Gedung Putih, ada tantangan anyar yang membuat traktat itu sudah tidak pas lagi.
Diinisiasi pada tahun 1980 oleh pemerintahan Presiden Jimmy Carter dan ditandatangani pada tahun 1987 di era pemerintahan Ronald Reagan, Traktat INF merupakan hasil negosiasi bertahun-tahun antara AS dan Uni Soviet. Perjanjian ambisius ini bertujuan menghapus seluruh kelas sistem pengiriman senjata nuklir. Traktat menyebutkan bahwa kedua belah pihak dilarang untuk menguji, memproduksi, atau memiliki rudal balistik dan rudal lain berjangkauan antara 500 dan 5.500 kilometer yang diluncurkan di darat. AS serta Uni Soviet diberi waktu tiga tahun untuk menghancurkan persediaan jenis senjata tersebut.
Dengan kata lain, bagi Gedung Putih, ada tantangan anyar yang membuat traktat itu sudah tidak pas lagi.
Dalam konteks saat itu, manfaat penting dari Traktat INF adalah menyelamatkan Eropa dari ancaman sebagai medan konflik senjata nuklir di era Perang Dingin. Persaingan pengerahan senjata nukir tidak lagi berpusat di Eropa berkat larangan meluncurkan rudal dari darat.
Saat ini, salah satu alasan AS menarik diri dari INF adalah tindakan Rusia (penerus Uni Soviet) yang dinilai telah berulang kali melanggar ketentuan perjanjian. Rusia antara lain mengembangkan sistem rudal SSC-8 (9M729), yang terungkap pada 2014. SSC-8 dapat dengan mudah mencapai Berlin jika diluncurkan dari basisnya di Dombarovskiy, Rusia.
Namun, pelanggaran yang dituduhkan kepada Rusia tampaknya hanya salah satu alasan. Ada alasan lain yang mungkin jauh lebih pokok, yaitu Traktat INF tak mengatur perilaku pesaing utama senjata nuklir lainnya: China. Dilaporkan, China telah mengembangkan beberapa senjata jarak menengah, meliputi Dongfeng-26.
Ada alasan lain yang mungkin jauh lebih pokok, yaitu Traktat INF tak mengatur perilaku pesaing utama senjata nuklir lainnya: China.
Faktor China tampaknya menjadi alasan utama bagi Gedung Putih untuk melepas keterikatan AS dalam Traktat INF. Hal ini sejalan dengan situasi sekarang yang menunjukkan berlangsungnya persaingan sengit antara AS dan China. Tak hanya di bidang militer, persaingan keduanya berlangsung di bidang strategis lainnya, yaitu ekonomi serta teknologi. Perang dagang antara AS dan China merupakan bukti kompetisi sengit tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar