AFP/OZAN KOSE

Seorang ahli forensik Turki berdiri di samping bendera Arab Saudi, di atas atap Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Senin (15/10/2018), selama investigasi hilangnya jurnalis Jamal Khashoggi. Polisi Turki menggeledah Konsulat Saudi untuk pertama kalinya sejak Khashoggi dinyatakan hilang pada Selasa pekan lalu.

Ada keraguan Turki dan Arab Saudi dapat mengungkap kematian Jamal Khashoggi. Eropa mulai berpikir untuk meninjau hubungannya dengan Arab Saudi.

Pengamat Timur Tengah di Turki menyatakan, komite gabungan yang dibentuk hanyalah sekadar formalitas dan merupakan tirai untuk membahas transaksi politik di belakang layar. "Baik Turki maupun Arab Saudi sebenarnya tahu apa yang terjadi. Jadi mereka mencoba bernegosiasi sesuai kepentingan mereka untuk menyelesaikan kasus ini. Mereka butuh ruang manuver untuk bernegosiasi," ujar Fulya Atacan kepada Al Jazeera.

Kolumnis Mustafa Akyol dari Cato Institute mengatakan, penyelidikan gabungan itu merupakan formalitas untuk menunjukkan niat baik Turki. "Turki yakin bahwa Jamal Khashoggi pertama kali ditangkap dan dibunuh oleh tim khusus Arab Saudi yang dikirim untuk misi ini," katanya.

Atacan menambahkan, komite gabungan menjadi semacam "ruang tawar" dan itu menjadi solusi terbaik sebelum memutuskan apa yang harus disampaikan kepada publik. "Kedua belah pihak memiliki masalah dengan kasus ini karena mereka tidak tahu bagaimana menyelesaikannya," katanya.

Eropa mulai menunjukkan perubahan sikap dalam berhubungan dengan Arab Saudi terkait kematian Khashoggi. Seperti dibaca di Kompas, Kamis (18/10/2018), Juergen Hardt, juru bicara urusan luar negeri Kelompok Parlemen CDU/CSU, mitra Kanselir Jerman Angela Merkel, mengatakan, Eropa perlu mengkaji dan mengubah hubungannya dengan Arab Saudi.

"Kita mempunyai gambaran yang saling bertolak belakang soal Arab Saudi, terutama dengan apa yang terjadi kepada Khashoggi beberapa hari belakangan, dan apa yang berkembang beberapa hari ke depan akan melengkapi gambaran itu," tutur Hardt.

Terakhir, Menteri Ekonomi Perancis Bruno Le Maire yang membatalkan kehadirannya pada pertemuan Future Investment Initiative (FII) yang juga dikenal dengan sebutan Davos in the Desert itu.

Pada perdagangan Minggu lalu, indeks bursa saham Arab Saudi, Tawadul, anjlok 500 poin. Beberapa CEO dari perusahaan ternama dunia juga sudah membatalkan kehadiran mereka pada pertemuan FII di Riyadh, 23-25 Oktober 2018.

Sebelumnya, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde juga menyatakan batal hadir di Riyadh. Begitu juga dengan CEO HSBC John Flint, CEO Credit Suisse Tidjane Thiam, dan CEO Mastercard Ajay Banga menyatakan tidak akan hadir pada acara ini. Padahal, ketiganya merupakan partner strategis pelaksanaan pertemuan ini. Sementara itu, Menteri Keuangan Amerika Serikat Steven Mnuchin dan bos Siemens, Joe Kaeser, masih melihat situasi untuk hadir atau tidak.