Pahlawan di mata mereka tidak didentik dengan pejuang kemerdekaan, tetapi orang-orang yang berjuang untuk kebenaran dan kesejahteraan.
Demikian hasil jajak pendapat Litbang Kompas di kalangan pelajar SMA dan mahasiswa yang berusia minimal 16 tahun di 11 kota di Indonesia.
Hasil jajak pendapat ini tidak terlalu mengejutkan. Namun, yang perlu menjadi catatan bersama, ternyata para pelajar dan mahasiswa tersebut sebagian besar tidak bisa menyebutkan 10 nama pahlawan nasional dalam waktu satu menit.
Kalaupun bisa menyebutkan sejumlah nama pahlawan, mereka tidak bisa menjelaskan lebih jauh tentang peran kepahlawanannya.
Ironisnya, para pelajar dan mahasiswa itu dengan sangat lancar bisa menyebutkan sosok pahlawan super. Nama seperti Superman, Spiderman, Batman, Black Panther, Hercules, Thor, Quicksilver, Green Lantern, dan sejumlah tokoh pahlawan rekaan dari negara entah berantah dengan lancar keluar dari bibir pelajar dan mahasiswa.
Tentu ada yang salah dengan sistem pendidikan kita sehingga para pelajar dan mahasiswa tersebut tidak mengenal nama dan peran pahlawan bangsa sendiri. Padahal, pahlawan-pahlawan tersebut memberikan andil yang luar biasa besar untuk berdirinya bangsa ini.
Kalaulah boleh dirunut, kekeliruan bermula dari buku-buku pelajaran Sejarah di sekolah yang mengulas peran para pahlawan bangsa sekadar untuk hafalan dan cara penyajiannya kurang menarik.
Buku pelajaran Sejarah juga tidak mengaitkan peran para pahlawan dengan kondisi kekinian sehingga pelajar dan mahasiswa tidak mengetahui relevansi antara perjuangan para pahlawan dulu dan kondisi bangsa saat ini. Padahal, kondisi nyaman saat ini tidak mungkin bisa dinikmati tanpa peran para pahlawan bangsa terdahulu.
Kondisi ini diperparah dengan cara penyajian pelajaran Sejarah di depan kelas yang sebagian besar monoton dan tidak kreatif sehingga menjemukan siswa.
Dari sekitar 681.422 guru dan kepala sekolah di jenjang SMP secara nasional pada 2015/2016, berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat kelebihan 21.212 guru IPS, termasuk Sejarah, di semua provinsi.
Mestinya dengan jumlah guru yang berlebih, guru bersaing untuk meningkatkan kualitas diri, termasuk mengembangkan metode pengajaran di depan kelas.
Masih banyak hal yang harus dibenahi untuk meningkatkan pemahaman generasi muda terhadap sejarah bangsa dan perjuangan para pahlawan.
Peran sejumlah pekerja film dan pembuat gim yang akhir-akhir ini mencoba memperkenalkan sosok pahlawan bangsa dengan cara kreatif tentu harus kita apresiasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar