ARSIP PRIBADI

DR SAMSURIDJAL DJAUZI

 

Saya pegawai bank swasta, menikah satu setengah tahun lalu, dan sekarang dalam keadaan hamil 32 minggu. Suami saya dosen di sebuah universitas. Kami tinggal di rumah kecil sekitar satu jam perjalanan dari pusat kota. Kami telah merencanakan kehamilan ini sejak lama karena kami menikah dalam usia sudah relatif matang. Saya kini berusia 32 tahun dan suami 36 tahun.

Sejak bulan lalu saya mengajak ibu saya yang tinggal di Jawa Tengah untuk mendampingi saya di rumah. Suami saya berangkat pukul tujuh pagi dan biasanya baru pulang menjelang senja.

Dia menggunakan kereta api dan biasanya saat pulang kereta cukup penuh. Saya sering mendengar tentang suami siaga. Namun, sepertinya suami saya tidak dapat sepenuhnya menyediakan waktu untuk saya karena kesibukannya.

Saya berkonsultasi kepada dokter sejak awal kehamilan. Pada dasarnya, menurut dokter, saya dan janin yang saya kandung dalam keadaan baik. Saya telah mendapat imunisasi tetanus difteri. Dokter juga sebenarnya menganjurkan untuk imunisasi influenza, tetapi saya masih ragu.

Saya juga telah menjalani pemeriksaan laboratorium untuk penyakit menular, seperti hepatitis, HIV, dan sifilis, serta penyakit menular seksual lainnya. Saya juga telah menjalani pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan menurut dokter pertumbuhan janin saya normal.

Berat badan saya naik banyak selama kehamilan ini. Saya makan banyak demi kesehatan saya dan bayi yang saya kandung. Kalau sudah melahirkan, barulah saya akan mengatur berat badan lagi. Tekanan darah saya baik, gula darah saya juga normal. Saya mengikuti senam hamil di rumah sakit dan mendapat banyak informasi tentang cara meneran dan sebagainya.

Saya menyadari bahwa memelihara kesehatan di masa kehamilan ini amat penting. Ibu perlu mendapat vitamin dan zat besi. Untuk mencegah kelainan pada bayi, saya juga disuruh dokter mengonsumsi obat asam folat.

Saya sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi kehamilan. Saya memilih untuk melahirkan dengan cara biasa. Ibu saya juga sudah dilatih untuk menghubungi suami dan kenalan saya jika diperlukan serta memesan kendaraan jika waktunya saya melahirkan nanti.

Saya merasakan betapa tanggung jawab ibu hamil cukup besar. Dia bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya serta kesehatan bayi yang dikandungnya.

Untunglah sekarang ada layanan BPJS sehingga biaya pemeriksaan hamil dan melahirkan didukung oleh BPJS. Namun, seorang ibu harus siap untuk hamil dan menghadapi kelahiran anaknya.

Bagaimana jika ibu tersebut masih berusia muda dan belum mempunyai pengetahuan cukup untuk hamil dan melahirkan? Saya membayangkan jika ibu muda tersebut tinggal di daerah terpencil, tentu persoalan menjadi lebih rumit lagi. Apakah pemerintah pernah mengeluarkan petunjuk untuk perempuan yang akan merencanakan kehamilan dan cara menghadapi kehamilan? Di mana buku petunjuk tersebut dapat diperoleh? Terima kasih atas penjelasan dokter.

M di D

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menerbitkan buku tentang kesehatan ibu dan anak yang dapat diakses, dibaca, dan diunduh oleh mereka yang memerlukan. Meski buku itu terutama ditujukan untuk petugas kesehatan, baik juga dibaca oleh perempuan yang akan mempersiapkan kehamilan dan persalinan. Berkat kerja sama semua pihak angka kematian ibu dan bayi di negeri kita telah berhasil diturunkan. Namun, kita masih harus bekerja lebih keras lagi agar angka kematian ibu dan bayi kita dapat ditekan serendah-rendahnya.

Anda benar perkawinan usia muda, rendahnya pengetahuan ibu termasuk mengenai masalah kesehatan, serta kesulitan mengakses layanan kesehatan merupakan masalah yang dihadapi banyak perempuan muda di pedesaan. Untuk itulah, pemerintah meningkatkan jumlah puskesmas di Tanah Air agar dapat melayani masyarakat baik dalam bentuk penyuluhan, pencegahan penyakit, maupun pengobatan.

Di seluruh Tanah Air sekarang terdapat hampir 10.000 puskesmas dan kita bersyukur cukup banyak tenaga kesehatan (dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga penyuluh, dll) yang bersedia bertugas di desa daerah yang terpencil. Jika mendengar kegiatan mereka sehari-hari yang harus menyeberangi sungai atau laut untuk memelihara kesehatan masyarakat, kita terharu dan ikut prihatin.

Peran pendidikan dalam pemeliharaan kesehatan amatlah penting. Kebiasaan hidup sehat dan bersih perlu ditanamkan sejak sekolah dasar, bahkan jika dapat lebih dini lagi. Siswa yang mendapat pendidikan hidup sehat dan bersih dapat membawa kebiasaannya di sekolah ke rumah sehingga dapat mengubah kebiasaan keluarga. Jika mereka menjadi dewasa, kita harapkan kebiasaan itu akan tetap dijalankan.

Layanan untuk kesehatan ibu dan anak tidak hanya menjadi perhatian Kementerian Kesehatan, tetapi juga banyak kementerian dan instansi lain terkait. Kita memerlukan air minum yang bersih dan mengandung yodium. Jika air minum kurang mengandung yodium, masyarakat akan mengalami gangguan kelenjar gondok dan pertumbuhan anak akan terganggu.

Konsumsi garam dan gula tak boleh berlebihan. Begitu juga kebiasaan mengonsumsi lemak harus dibatasi untuk menghindari penyakit jantung. Ibu hamil memerlukan pemantauan khusus untuk pemeliharaan kesehatan ibu dan janin yang dikandung. Ibu hamil dianjurkan sedikitnya empat kali berkonsultasi kepada petugas kesehatan, yaitu sebelum kehamilan 16 minggu, antara kehamilan 24 dan 28 minggu, dan dua kali pada kehamilan 30 sampai 38 minggu.

Kesehatan ibu secara umum seperti berat badan, tekanan darah, anemia, serta edema juga harus diperiksa. Untuk mendukung pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan laboratorium, seperti kadar hemoglobin, golongan darah, gula darah, tes HIV, hepatitis, sifilis, dan tes penyakit menular seksual lainnya. Juga pemeriksaan untuk tuberkulosis jika ada kecurigaan.

Pemeriksan ultrasonografi (USG) dianjurkan pada saat kehamilan muda (sebelum usia kehamilan 15 minggu), kehamilan 20 minggu, serta pada trimester ketiga kehamilan. Dengan pemeriksaan USG, pertumbuhan janin dan letak janin dapat dipantau sehingga berguna untuk perencanaan persalinan. Ibu hamil juga perlu mendapat obat yang mengandung zat besi serta obat asam folat.

Untuk pencegahan penularan penyakit, ibu hamil juga perlu diimunisasi, yaitu imunisasi tetanus difteri. Badan Kesehatan Sedunia juga sekarang menganjurkan agar ibu hamil mendapat imunisasi influenza karena imunisasi influenza dapat meningkatkan kesehatan ibu dan bayi yang dilahirkan. Jadi, Anda tak perlu ragu jika dokter Anda menganjurkan agar Anda menjalani imunisasi influenza.

Transportasi ke layanan kesehatan sering kali sulit di daerah terpencil karena itu perlu direncanakan sejak dini. Jika ibu sudah mulai ada tanda-tanda akan melahirkan, sudah tersedia transportasi untuk mengangkutnya segera ke layanan kesehatan terdekat. Kita berharap transportasi darat dan laut untuk saudara kita di daerah terpencil semakin baik.