CHRIS PAVLICH/AAP IMAGE VIA AP, FILE

Perdana Menteri Australia Scott Morrison berbicara dalam sebuah kesempatan di Double Bay di Sydney, Australia pada  20 Oktober 2018. Dia menguraikan rencana Australia meningkatkan investasi dalam infrastruktur di Pasifik Selatan di tengah menguatnya pengaruh China di negara-negara tersebut.

Kunjungan PM Australia Scott Morrison ke Vanuatu dan Fiji pada pekan ini mencerminkan kekhawatiran Canberra terhadap pengaruh China di Pasifik.

Persaingan antara China dan Australia di negara-negara Pasifik terlihat jelas dalam pertemuan APEC pada November lalu di Papua Niugini. Presiden China Xi Jinping menghabiskan waktu empat hari di Port Moresby, yang menunjukkan Papua Niugini memperoleh perhatian khusus dari China.

Bagi China, Papua Niugini dan negara-negara Pasifik lainnya secara geopolitis penting karena menjadi "putaran sumbu" ke Asia ataupun Australia. China sudah membangun kerja sama dengan negara-negara Pasifik sejak 2011. Beijing sedikitnya telah menggelontorkan 1,3 miliar dollar AS untuk kerja sama ekonomi di Pasifik, yang menjadikan China negara donor kedua terbesar di kawasan ini setelah Australia.

Bagi Australia, Papua Niugini dan negara-negara Pasifik dianggap sebagai "halaman belakang". Menguatnya pengaruh China membuat Australia panik. November lalu, Australia mengumumkan kerja sama pembangunan di Papua Niugini dan negara-negara Pasifik dalam bidang infrastruktur, transportasi, dan keamanan. Australia juga akan menempatkan staf diplomatik antara lain di Palau, Kepulauan Marshall, dan Kepulauan Cook.

Sebelum China hadir, Australia cenderung tidak menganggap penting negara-negara Pasifik. Itu tecermin dari kunjungan PM Scott Morrison ke Vanuatu yang merupakan kunjungan pertama kali seorang perdana menteri dalam sekian dekade. Begitu juga dengan Fiji, Morrison merupakan PM Australia pertama yang berkunjung ke negeri ini.

Meskipun Vanuatu hanya pulau kecil berpenduduk ratusan ribu orang, Australia dan mitra keamanannya, Amerika Serikat, kini khawatir China tidak hanya menargetkan kepentingan ekonomi, tetapi akan membangun pangkalan militer. Jika itu terjadi, perimbangan kekuatan di kawasan akan berubah.

Namun, kepanikan Australia ditanggapi China dengan santai. Beijing menyatakan, China dan Australia seharusnya bisa bekerja sama dan bukan menjadi rival untuk mendorong pembangunan di kawasan Pasifik.

Situasi saat ini tidak bisa dilepaskan dari konstelasi politik China-AS-Australia. Australia membutuhkan kerja sama ekonomi dengan China yang merupakan mitra perdagangan terbesarnya. Tahun lalu, nilai perdagangan Australia dengan China mencapai 129 miliar dollar AS, dengan ekspor Australia ke China mencapai 78,6 miliar dollar AS.

Di sisi lain, Australia juga harus menjaga keseimbangan hubungannya dengan AS, yang saat ini terlibat perang dagang dengan China.