Pada bulan Ramadhan, pengeluaran keuangan, baik yang sudah berkeluarga maupun yang masih lajang, umumnya membengkak. Berdasarkan hasil riset, pola pengeluaran rumah tangga mengalami pergeseran di bulan Ramadhan. Pada umumnya pos belanja makanan akan meningkat tajam diikuti dengan pos belanja pribadi dan hadiah.
Sebagai kompensasinya, banyak orang menunda untuk berinvestasi di bulan ini. Bahkan, tidak jarang juga yang mengambil solusi meminjam akibat lebih besar pengeluaran daripada penghasilan.
Pembagian pos-pos pengeluaran di bulan Ramadhan sebenarnya sama saja dengan 11 bulan lainnya. Penghasilan dari gaji ataupun usaha digunakan untuk biaya hidup selama 1 bulan. Pengeluaran untuk transportasi, rumah, makan sahur, ataupun berbuka puasa seharusnya tetap mengikuti anggaran bulanan normal. Adapun pengeluaran untuk Lebaran, termasuk mudik, tunjangan hari raya (THR), ataupun sedekah lainnya, sebaiknya diambil dari penghasilan THR.
Saat penghasilan terbatas, tetapi kemauan tidak terbatas, maka pengelolaan pengeluaran wajib dilakukan dalam bentuk mengurutkan prioritas pos pengeluaran Ramadhan. Berikut ini langkah-langkahnya.
Pertama membuat anggaran untuk satu bulan ke depan. Gaji bulan ini harus dicukupkan untuk alokasi selama Mei 2019. Apabila penghasilan Anda mencapai angka puluhan juta rupiah, pembagiannya menjadi 5 persen untuk zakat dan sedekah, 10 persen untuk dana darurat dan premi asuransi, 60 persen untuk biaya hidup dan cicilan, 15 persen untuk tabungan dan investasi, serta 10 persen untuk tambahan kenikmatan gaya hidup.
Namun, jika penghasilan Anda masih mendekati UMP, saya sarankan pembagiannya hanya 75 persen untuk berbagai komitmen hidup dan 25 persen untuk alokasi dana berjaga-jaga yang akan digunakan juga untuk keperluan hidup bulan ini.
Kedua, pengeluaran rutin bulanan. Meski dibayarkan di bulan Ramadhan, biaya listrik, uang sekolah anak, dan lainnya tetap harus dikeluarkan seperti biasa. Oleh karena itu, usahakan tidak menggunakan alokasi ini untuk pengeluaran lainnya. Saya sangat sarankan untuk segera memisahkan alokasi pengeluaran rutin bulanan ke dalam rekening yang terpisah dengan kebutuhan Lebaran ataupun tambahan kenikmatan di bulan Ramadhan.
Ketiga, antisipasi pengeluaran tak terduga lebih awal. Bagi rumah tangga, kenaikan harga bahan makanan, banyaknya undangan silaturahmi, maupun pengeluaran lain sering dijadikan alasan bengkaknya pengeluaran. Padahal, jika hal ini terjadi setiap tahun, seharusnya sudah dapat diantisipasi lebih awal.
Khusus di bulan Ramadhan, rumah tangga boleh memperbesar pos dana darurat dari semula 10 persen menjadi 20 persen dari penghasilan. Dana darurat sebaiknya dialokasikan di tabungan yang terpisah dengan rekening operasionalisasi harian.
Keempat, dana gaya hidup Ramadhan. Acara buka bersama ataupun sahur bersama sudah menjadi bagian dari gaya hidup masa kini di bulan Ramadhan. Meski silaturahmi memang harus dijaga, kesehatan keuangan Anda juga tetap harus prima.
Saya sarankan agar alokasi hingga 20 persen dari gaji dapat digunakan untuk pos ini. Misalkan, gaji Anda sebesar Rp 10 juta, maka budget untuk gaya hidup Ramadhan menjadi Rp 2 juta. Jika dibagi dalam 4 minggu, maka setiap minggunya Anda punya jatah untuk acara buka bersama sejumlah Rp 500.000. Silakan atur dari alokasi ini acara mana saja yang akan Anda hadiri jika harus membeli makanan dan minuman sendiri.
Kemudahan pesan daring dan berbagai promo dompet elektronik memang kerap menggoda terjadinya "bocor halus" dalam budget rumah tangga. Karena itu, saya sarankan hanya mengisi saldo dompet elektronik satu kali di awal bulan dan mengelola promo untuk pembelian berikutnya. Upayakan tidak tergoda untuk mengambil fasilitas pembayaran cicilan, bahkan pembayaran di belakang.
Kelima, tabungan dan investasi. Tambahan alokasi untuk dana darurat dan dana gaya hidup khusus di bulan Ramadhan memang terpaksa diambil dari alokasi tabungan dan investasi bulan ini. Jika memiliki kemampuan untuk menyisihkan lebih, penghasilan bulanan tetap dialokasikan untuk pos investasi.
Salah satu alternatif dengan mengambil dari biaya hidup yang mungkin tak perlu sebesar normal. Meski hanya Rp 100.000, usahakan tetap disiplin berinvestasi. Alternatifnya, Anda bisa langsung alokasikan 10 persen dari THR untuk menambah porsi tabungan dan investasi.
Bagaimana dengan berutang untuk pengeluaran Ramadhan? Mengambil pinjaman untuk keperluan konsumtif bukanlah hal yang bijaksana. Pahami bahwa Anda tidak memiliki kepastian di masa depan dalam pembayaran pinjaman dana tunai itu. Konsep ini sedikit berbeda dengan pinjaman untuk membeli rumah ataupun kendaraan, yang ada agunan dan bisa dijual jika terjadi kredit macet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar