Perlu kerja keras guna mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada. Terbukti, Indonesia hanya sekali menang telak, yakni 4-1 atas Inggris pada laga perdana Grup 1B. Pada laga kedua Indonesia kalah 2-3 dari Denmark dan menjadi juara grup.

KOMPAS/AGUNG SETYAHADI

Para pemain bulu tangkis Indonesia di Tim Piala Sudirman meneriakan yel yel penyemangat sebelum pertandingan semifinal antara Indonesia dan Jepang di Guangxi Sports Center, Nanning, Guangxi, China, Sabtu (25/5/2019). Indonesia kalah 1-3 dari Jepang yang akan berhadapan dengan China di final, pada Minggu (26/5) mulai pukul 12.00 WIB.

Pada perempat final, kita menang 3-2 atas Taiwan sehingga lolos ke semifinal menantang Jepang. Kekalahan 1-3 dari Jepang membuat Indonesia lagi-lagi harus kecewa. Gagal meraih gelar juara untuk kali kedua setelah 1989.

Kejuaraan dunia beregu campuran Piala Sudirman, yang tahun ini digelar di Nanning, China, menuntut kekuatan merata di lima nomor. Celakanya, dari peta kekuatan di Nanning, Indonesia hanya bisa bersaing di ganda putra.

Hanya ganda putra yang konsisten menyumbangkan poin. Dari empat laga Indonesia, tiga kemenangan diraih pasangan nomor satu dunia, Marcus F Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, dan satu lagi oleh Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, kini di urutan keempat dunia.

Kontribusi empat nomor lain, yakni tunggal putra dan putri, lalu ganda putri dan ganda campuran, inkonsisten. Ganda campuran, yang sebelumnya tulang punggung, keandalannya menurun seiring ketiadaan Liliyana Natsir. Dua ganda campuran "penerus", Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja (posisi keenam dunia) dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti (ketujuh), konsistensi performanya perlu digenjot.

Di tunggal putri, tiada pemain Indonesia di 10 besar dunia. Hanya ada Gregoria Mariska Tunjung di peringkat ke-15. Tak heran, tunggal putri hanya sekali menang, yaitu saat Gregoria menundukkan Abigail Holden (Inggris). Ganda putri? Hanya ada Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang bisa diandalkan. Di tunggal putra, Anthony Ginting di tangga ketujuh dan Jonatan Christie (kedelapan) belum menjamin tambahan satu poin.

KOMPAS/AGUNG SETYAHADI

Tunggal putri bulu tangkis Indonesia Gregoria Mariska Tunjung terjatuh saat berusaha mengembalikan bola yang ditempatkan oleh pemain Jepang Akane Yamaguchi di sudut depan area permainan pada semifinal kejuaraan beregu campuran Piala Sudirman di Guangxi Sports Center, Nanning, Guangxi, China, Sabtu (25/5/2019). Indonesia kalah 1-3 dari Jepang yang akan melawan China di final, pada Minggu (26/5) mulai pukul 12.00 WIB.

Rentang penantian sejak 1989 bukan sebentar. Jika dicermati, sekian lamanya Indonesia mengandalkan ganda putra dan ganda campuran. Sekian lamanya pula, tunggal putra dan tunggal putri sulit bangkit, juga ganda putri.

Sebagai negara dengan sejarah panjang di bulu tangkis, RI harus segera mengatasi kesenjangan mutu di sejumlah nomor. Selain menanti 30 tahun untuk Piala Sudirman, Indonesia juga menunggu 17 tahun untuk memenangi kejuaraan dunia beregu putra Piala Thomas (terakhir diraih pada 2002) dan 23 tahun demi beregu putri Piala Uber (terakhir pada 1996).

Program kepelatihan harus segera dibenahi, jika perlu secara revolusioner. Kaderisasi juga perlu dimatangkan. Indonesia layak belajar dari China, yang pada Piala Sudirman 2017 kalah 2-3 dari Korea Selatan di final. Dua tahun setelah itu, "Negeri Tirai Bambu" mengembalikan ketangguhan dalam perhelatan 2019. Jepang dikalahkan 3-0 di laga puncak.

China cuma menanti empat tahun hingga mereka bisa merebut kembali trofi Piala Sudirman, setelah terakhir kali pada 2015. Kesuksesan China bersendikan program kepelatihan berkelanjutan sehingga kaderisasi bergulir mulus.

KOMPAS/AGUNG SETYAHADI