AFP/MOHAMED EL-SHAHED

Pasukan Khusus Mesir siaga berjaga-jaga di luar gedung Pusat Kongres Internasional, Minggu (24/2/2019), menjelang dibukanya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Liga Arab-Uni Eropa di Sharm el-Sheikh, kawasan resor Laut Merah, Mesir.

Menyusul sabotase atas kapal dan stasiun pompa minyak di Teluk, Arab Saudi menggelar KTT Arab. Lewat KTT, Saudi mengirim pesan keras ke Teheran.

Arab Saudi menuduh Iran yang melakukan sabotase tersebut. Rasa aman Saudi juga terusik dengan serangan pesawat nirawak oleh kelompok Houti di Yaman atas bandar udara Najran di bagian selatan Saudi.

Penasihat keamanan AS, John Bolton, di Uni Emirat Arab (UEA), Rabu (29/5/2019), mengatakan, serangan ke fasilitas minyak dekat pelabuhan utama UEA dan stasiun pompa milik Saudi dilakukan atas sepengetahuan Iran. "Siapa pun tahu siapa yang harus bertanggung jawab atas serangan ini. Kami kira, pemimpin Iran tahu bahwa kami tahu," ujar Bolton.

Pernyataan Bolton itu dibantah Iran. Seorang pejabat Iran mengatakan, mereka tidak ingin terlibat konflik militer. Namun, Iran menegaskan siap mempertahankan negaranya dari agresi militer dan ekonomi.

Meski Arab Saudi dan UEA berniat menghindari terjadinya perang, mereka meminta Washington untuk "menahan" Iran. "Sementara para pemimpin KTT cenderung membahas cara terbaik untuk menghindari perang, Raja Salman sama-sama bertekad untuk membela kepentingan Arab Saudi dan negara lain Arab di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran," tulis Pangeran Turki Al-Faisal, mantan kepala intelijen dan anggota delegasi utusan Arab Saudi, yang diterbitkan Al Arabiya.

Untuk menunjukkan keseriusannya, Saudi yang pada tahun 2017 menuduh Qatar ikut membiayai terorisme, mengundang Qatar hadir pada KTT ini. Qatar pun mengutus PM Sheikh Abdullah bin Nasser al-Thani hadir pada pertemuan ini.

Meski wilayah udara dan darat Saudi masih tertutup untuk Qatar, kehadiran Sheikh Abdullah di KTT Mekkah menunjukkan keseriusan Qatar. Terkait Iran, Qatar punya pertimbangan sendiri untuk mempertahankan dukungannya pada perjanjian nuklir Iran tahun 2015 itu. Qatar pun menjadi pangkalan militer AS terbesar di Teluk.

Dengan posisi itu, Qatar diperkirakan akan bersuara "di tengah" pada KTT dan mengingatkan Iran untuk tidak menggunakan proksi menyerang kepentingan Saudi dan koalisi Arab-nya.

Iran telah terlebih dahulu melakukan serangkaian upaya diplomasi untuk memperkuat posisinya. Bersama negara-negara di kawasan yang dianggap netral, seperti Qatar, Kuwait, dan Oman, Iran telah bertemu. Juga dengan negara sekutunya, seperti Irak, Suriah, dan Turki.