ARSIP PRIBADI

Prita H. Ghozie

Apa saja investasi Anda? Dari hasil survei selama seminar atau acara gelar wicara (talkshow), saya dapat menyimpulkan bahwa tabungan, deposito, emas, dan asuransi adalah Top 4 Answers yang hampir selalu ditemui. Jika Anda mengikuti tulisan-tulisan saya, pasti tahu bahwa asuransi bukan investasi.

Dari fakta ini, saya bisa simpulkan bahwa sadar dan mau mengambil tindakan saja tidak cukup. Anda harus kenal dan paham, baru dapat memperoleh manfaat yang maksimal dari setiap rupiah yang Anda tanamkan dalam produk keuangan.

Pakar investasi Warren Buffett mengatakan bahwa "Someone's sitting in the shade today because someone planted a tree a long time ago". Dari kalimat tersebut bisa dipahami bahwa investasi adalah proses jangka panjang dan membutuhkan beberapa kondisi untuk bisa mencapai tujuan.

Mengelola kekayaan ibarat mengelola sebuah taman yang cantik. Dibutuhkan kombinasi antara tanah yang subur dan alat berkebun
yang baik. Tanah subur tanpa alat yang tepat tentu tidak akan mencapai hasil kebun yang diimpikan. Sama halnya dengan berinvestasi. Aset keuangan seperti deposito, surat berharga negara ritel, saham, dan reksa dana adalah alat untuk mencapai tujuan keuangan yang diinginkan.

Langkah awal adalah mendata aset investasi apa saja yang telah dimiliki saat ini. Untuk masing-masing aset, jawablah dengan jujur seberapa jauh pemahaman Anda terhadap produk ini.

Ada tiga jawaban yang paling memungkinkan: pembelian produk karena ada rencana keuangan yang telah dikonsultasikan kepada perencana keuangan independen, pembelian produk karena disarankan oleh customer service atau relationship manager dari lembaga keuangan tertentu, dan pembelian produk karena yang berjualan adalah teman ataupun saudara. Ayo jujur, termasuk yang manakah Anda?

Tiga panduan

Saya menyarankan Anda untuk kritis saat memutuskan untuk membeli sebuah produk keuangan. Membeli produk tanpa mengenal, apalagi memahami, ibarat mengendarai mobil dengan mata tertutup. Bisa sampai tujuan? Mungkin saja. Namun, risiko yang dihadapi akan sangat berlipat ganda. Ada tiga panduan yang sebaiknya ditanyakan kepada diri masing-masing.

Pertama, "Why?" Ada dua alasan mendasar kenapa seseorang berinvestasi. Seseorang dapat mengharapkan adanya kenaikan modal ataupun mengharapkan adanya arus kas yang cukup rutin. Jika Anda adalah seorang investor saham, maka tentu mengharapkan adanya kenaikan modal dari sejak pertama menanamkan uang sampai dengan saat menjual kembali. Anda tentu mengharapkan harga saham akan terus meningkat sehingga harga beli jauh di bawah harga jual.

Jika Anda adalah seorang investor yang memiliki surat berharga negara ritel seperti Savings Bond Ritel (SBR), maka Anda mengharapkan pemasukan arus kas yang berkala dari kupon SBR. Bagaimana jika menginginkan keduanya? Bisa saja terjadi bagi investor properti yang disewakan ataupun investor saham yang membagikan dividen.

Kedua, "What do I Need?" Pertanyaan ini harus dapat menjawab kebutuhan untuk membeli produk tersebut. Jika kebutuhannya adalah jangka pendek, menabung adalah solusi terbaik. Jika kebutuhannya jangka menengah atau panjang, maka berinvestasi adalah hal yang bijaksana. Dalam dunia keuangan, jangka pendek biasanya dikategorikan antara beberapa bulan hingga dua tahun. Sementara jangka menengah hingga lima tahun ke depan dan jangka panjang adalah selebihnya.

Pemilihan produk investasi juga sebaiknya disesuaikan dengan jangka waktu berinvestasi. Contoh termudah adalah dana pendidikan anak. Apabila anak akan memasuki jenjang SMP dalam waktu satu tahun, maka tabungan berjangka adalah pilihan yang cukup bijaksana. Orangtua membutuhkan hasil investasi yang stabil karena uang akan dipakai dalam jangka pendek.

Adapun jika anak akan memasuki jenjang SMP dalam waktu 10 tahun, maka penggunaan tabungan berjangka berpotensi memberikan imbal hasil yang akan sangat kalah dengan tingkat inflasi. Alternatif investasi yang lebih baik adalah reksa dana berbasis saham ataupun bisa juga investasi saham secara langsung.

Ketiga, "How Much do I Get?" Saya kerap menyarankan kepada semua investor untuk selalu bersikap kritis terhadap potensi imbal hasil dari setiap produk yang dibeli. Anda harus waspada jika ditawarkan produk yang imbal hasilnya jauh di atas rata-rata karena ada kemungkinan penawarannya merupakan penipuan berkedok investasi.

Saat ini, Anda dapat mengharapkan hasil berkisar 2-5 persen setahun untuk aset kas seperti deposito, antara 5 persen dan 8 persen setahun untuk surat berharga negara ritel, dan di atas 10 persen setahun untuk reksa dana saham. Adapun potensi imbal hasil dari investasi pada saham langsung bisa saja dipatok hingga 15 persen, bahkan lebih, tetapi membutuhkan kejelian dalam memilih saham perusahaannya.

Setelah menjawab tiga pertanyaan di atas, Anda akan menyadari bahwa menginvestasikan uang hasil kerja dengan pemahaman akan kebutuhan masing-masing adalah langkah yang sangat bijak.