AP PHOTO/RAHMAT GUL

Pasukan pendukung membersihkan puing kendaraan yang hancur akibat serangan bom mobil di Kabul, Afghanistan, 5 September 2019. Serangan itu menewaskan 12 orang, termasuk seorang tentara AS, diklaim oleh kelompok Taliban. Serangan itu dijadikan alasan oleh Presiden AS Donald Trump menghentikan perundingan damai antara AS dan Taliban, Sabtu (7/9/2019).

Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana pertemuan Camp David dengan pemimpin Taliban menyusul serangan bom yang menewaskan tentara AS di Kabul. Serangan di dekat Kedutaan AS di Kabul yang diklaim oleh Taliban itu menewaskan satu tentara AS dan 11 warga lainnya.

Sebelumnya, Trump berencana bertemu dengan pemimpin Taliban dan Presiden Afghanistan di Camp David, AS. "Mereka tidak setuju gencatan senjata selama pembicaraan damai yang sangat penting ini, bahkan membunuh 12 orang tidak bersalah. Mungkin, mereka tak punya kekuatan untuk menegosiasikan perjanjian damai ini," ujar Trump lewat Twitter.

Pekan lalu, Utusan Khusus AS untuk Afghanistan Zalmay Khalilzad tiba di Kabul. Dia menyatakan, "hal-hal prinsip yang disepakati". Nyatanya, hampir setiap hari Taliban melakukan serangan yang menyasar target asing, tetapi yang menderita warga sipil. Hal itu membuat marah Afghanistan dan AS.

Ada keraguan di kalangan AS yang kian meningkat, yang kemudian disuarakan langsung Presiden Trump, bahwa komitmen apa pun yang dibuat oleh negosiator Taliban di Doha, Qatar, tidak bisa ditepati komandan Taliban di lapangan.

Pembatalan itu membuat Presiden Afghanistan Ashraf Ghani bersuara. Ia mendesak Taliban segera mengakhiri kekerasan dan berbicara langsung dengannya. Dalam beberapa kali pertemuan dengan AS, Taliban tak mau melibatkan rezim Ghani, yang dianggap boneka AS. "Perdamaian sejati akan datang jika Taliban bersedia melakukan gencatan senjata," ujar Ghani.

Setidaknya 100 orang meninggal dalam sepekan terakhir, termasuk satu tentara AS, yang diklaim dilakukan Taliban. Serangan itu tak hanya menyasar target asing, tetapi hampir menyeluruh di Afghanistan, termasuk Kabul. Utusan Khusus Zalmay Khalilzad sempat optimistis gencatan senjata bakal dicapai sebelum Trump membatalkan pertemuan.

Perang antara pasukan AS dan sekutunya di Afghanistan dengan Taliban telah menyebabkan sekitar 2.400 tentara AS dan puluhan ribu tentara Pemerintah Afghanistan tewas. Dan, lebih dari 50.000 warga sipil Afghanistan meninggal. Kemarin, Taliban sempat menahan enam wartawan Afghanistan. "Ya, pejuang kami salah, telah menculik mereka," kata Zabihullah Mujahid, juru bicara sayap militer Taliban.

Meski pembicaraan damai dibatalkan, CNN memberitakan, tanggal baru sedang dibahas Gedung Putih untuk pertemuan potensial dengan Taliban dan Pemerintah Afghanistan. Tak jelas apakah Taliban harus membuat komitmen yang lebih ketat, keras, dan cepat sebelum pertemuan ataukah pembatalan ini sebagai taktik negosiasi Trump.