Revolusi digital dan kecerdasan buatan sedang terjadi meskipun baru tahap awal. Sebagian besar merasakan manfaatnya melalui layanan telepon pintar untuk banyak sekali penggunaan. Mulai dari jasa keuangan, transportasi, logistik, e-dagang, hingga pembiayaan.
Ke arah mana perubahan cepat ini akan berujung, sulit membayangkan kini. Yuval Noah Harari di dalam bukunya yang dicetak berulang kali,Homo Deus, memprediksi mahadata (big data) dan algoritma akan mendominasi kehidupan sehari-hari dalam waktu tidak terlalu lama. Kemampuan komputer memproses mahadata akan mengalahkan otak manusia meskipun menyisakan pertanyaan tentang kemampuan komputer memproses ide, pikiran, perasaan, dan etika.
Ketika masa depan sudah terjadi saat ini (the future is now), tidak bisa tidak semua harus siap menghadapi perubahan yang didorong otomasi dan kecerdasan buatan (AI, artificial intelligent). Kesenjangan keterampilan dan akan melebar, kecuali ada perubahan besar dalam kebijakan pendidikan.
Di 12 negara dengan ekonomi terbesar—Indonesia berada pada peringkat ke-16, sebanyak 120 juta pekerja memerlukan pelatihan ulang atau penambahan keterampilan agar dapat mengikuti perubahan akibat otomasi dan AI.
Survei oleh IBM Institute for Business Value menemukan, para eksekutif memberikan prioritas pada keterampilan digital dan perilaku. Keterampilan digital menyangkut kemampuan matematika, ilmu pengetahuan, dan komputing sebagai prioritas saat merekrut tenaga kerja.
Survei pada 2018 itu juga memperlihatkan, keterampilan perilaku menjadi pertimbangan penting dalam mempekerjakan, yaitu kesediaan bersikap lentur, gesit, dan dapat beradaptasi pada perubahan; kemampuan mengelola waktu dan dapat membuat prioritas; kemampuan bekerja efektif dalam tim; kemampuan berkomunikasi efektif dalam konteks bisnis; kapasitas melakukan inovasi dan kreativitas; serta memiliki etika serta berintegritas.
Di Indonesia, aplikasi industri 4.0 dalam otomasi serta penggunaan AI masih sangat terbatas. Menurut data Centre for Strategic and International Studies (CSIS) mengutip survei perusahaan yang dilakukan Microsoft pada 2018, baru 14 persen perusahaan yang menggunakan teknologi ini.
Survei CSIS pada industri manufaktur bahkan memperlihatkan perusahaan yang sudah menggunakan AI hanya 7 persen meskipun cukup banyak yang menerapkan teknologi 4.0.
Sejauh ini, berbagai laporan memperlihatkan manfaat teknologi 4.0 dan AI dalam meningkatkan produktivitas dan membuka banyak peluang baru dalam berbagai bidang.
Dalam bidang kesehatan, misalnya, algoritma dapat lebih baik dalam mendiagnosis penyakit sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Dalam dunia pendidikan, AI membantu murid dan guru mempersingkat urusan teknis dan administratif. Ekonomi digital yang tumbuh cepat mengubah model bisnis dan karenanya sistem perpajakan juga perlu bertransformasi mengadopsi teknologi AI.
Pada kenyataannya, lebih dari separuh penduduk Indonesia atau sekitar 130 juta orang berpendidikan sekolah menengah pertama ke bawah. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi pun sebagian besar memerlukan pelatihan ulang atau penambahan keterampilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar