GETTY IMAGES

Patung besar bagian torso dan kepala dari pria bernama Hoa Hakananai'a asal Pulau Paskah menjadi salah satu koleksi ikonik di British Museum, London, Inggris.

Manusia belum menemukan planet lain yang dapat menggantikan Bumi. Hingga kini hanya Bumi yang bisa menjadi tempat tinggal kita.

Jared Diamond dalam buku Collapse memberi penjelasan dengan baik bagaimana sebuah peradaban bisa hancur. Salah satu penyebab utamanya ialah kerusakan lingkungan. Ia menguraikan peradaban di Pulau Paskah (Easter Island) di Samudra Pasifik hancur akibat kerusakan lingkungan.

Pulau yang kini bagian dari Chile itu dulu hijau dan makmur. Kondisinya berubah setelah pembangunan moai (patung batu bersosok manusia) dilakukan dengan sangat intensif. Pohon-pohon terus ditebang antara lain untuk membantu pengangkutan batu dari lokasi pembuatan ke tempat patung diletakkan. Terjadi eksploitasi sumber daya alam tak terperikan guna memenuhi ambisi persaingan antarkelompok masyarakat Pulau Paskah. Saat pulau itu tak mampu lagi mendukung kehidupan, warga tidak bisa pindah ke pulau lain karena kayu—material utama perahu—sudah habis.

Bayangkan seandainya Pulau Paskah adalah Bumi. Jika sikap tak peduli kelestarian lingkungan terus dipertahankan, kisah penghuni Pulau Paskah pada masa silam akan kita alami pada masa mendatang. Manusia mendapati tak bisa pergi menuju planet yang layak huni karena sumber daya yang dibutuhkan sudah habis, sudah rusak.

Karena itu, di tengah keprihatinan akibat sikap sejumlah pihak yang membantah fakta perubahan iklim dan penambahan suhu global, dukungan atas upaya penyelamatan lingkungan harus terus diwujudkan. Pertemuan khusus untuk membahas nasib Negara-negara Berkembang Pulau Kecil (Small Island Developing States/SIDS) dalam rangkaian kegiatan Sidang Majelis Umum PBB akhir bulan ini sangat positif. Telah ada kesadaran, 58 negara dan teritori yang masuk dalam daftar SIDS memerlukan bantuan agar tak tenggelam akibat kenaikan permukaan air laut yang dipicu perubahan iklim. Namun, upaya membantu SIDS tak cukup mengingat akar utama perubahan iklim yang dipicu pemanasan global ialah praktik pembangunan yang eksploitatif.

Praktik itu bisa terjadi karena pembangunan dijalankan oleh institusi yang ekstraktif. Dalam buku Why Nations Fail, Daron Acemoglu dan James A Robinson menyebut, institusi ekstraktif bekerja dengan mengisap habis-habisan sumber daya milik sebuah kelompok masyarakat untuk membiayai segelintir orang (elite). Korupsi muncul dalam situasi yang didominasi institusi ekstraktif ini. Institusi ekstraktif membuat pula masyarakat asli tertindas. Kekayaan alam di kampung mereka habis diisap, sementara warga asli dibiarkan bodoh dan miskin. Kondisi ini memicu kerusakan lingkungan.