Negara produsen minyak sedang menghadapi situasi kurang menggembirakan. Meski produksi minyak mentah sudah ditekan, harga tetap cenderung rendah.
Dalam pertemuan para menteri energi OPEC, Kamis silam, anggota organisasi kartel minyak dunia itu sepakat untuk tetap mempertahankan rencana pengurangan produksi minyak yang sudah diterapkan sejak awal 2019. Pertemuan di Abu Dhabi ini juga mengingatkan para anggota OPEC untuk lebih serius menaati kesepakatan pengurangan produksi.
Sekarang harga minyak dunia (Brent) berada di kisaran 60 dollar Amerika Serikat per barel. Lebih kurang 12 bulan terakhir saja, harga minyak telah turun 24 persen. Penurunan harga minyak yang telah terasa pengaruhnya hampir lima tahun belakangan menyebabkan negara produsen minyak harus bekerja keras mengendalikan anggaran. Dampaknya bahkan sampai mendorong terjadinya krisis politik, seperti dialami Venezuela.
Di Arab Saudi, di tengah upaya Pangeran Mohammed bin Salman untuk membuat negaranya tak terlalu bergantung pada sektor energi, penurunan harga minyak memberi tambahan kesulitan. Salah satu kesulitan itu ialah penawaran saham perdana (IPO) perusahaan minyak raksasa Aramco milik Arab Saudi bisa jadi tidak mampu memberi dana sebesar yang diharapkan.
Pergantian menteri energi Arab Saudi dari Khalid al-Falih ke Pangeran Abdulaziz bin Salman ditempuh oleh Arab Saudi untuk lebih melancarkan proses IPO Aramco. Namun, sama halnya dengan Khalid, Pangeran Abdulaziz menghadapi tantangan mengelola kekompakan di antara anggota OPEC untuk menaati pemangkasan produksi.
Dengan tetap menjaga pemangkasan produksi sebesar 1,2 juta barel per hari, OPEC menyatakan fokus pada upaya untuk memastikan kepatuhan anggotanya. Jumlah pemangkasan itu disetujui oleh 14 anggota OPEC serta 10 produsen minyak di luar OPEC.
Dalam pertemuan di Abu Dhabi, yang juga persiapan pertemuan besar pada Desember 2019, terungkap sejumlah negara yang menjadi sumber "kebocoran" sehingga pengurangan produksi tak mencapai hasil yang diinginkan. Mereka antara lain Nigeria dan Irak, yang kemudian telah menegaskan kembali komitmen untuk mematuhi pengurangan produksi. Seperti diberitakan harian ini, Jumat (13/9/2019), Irak dan Nigeria berjanji bulan depan mengurangi produksi hingga 175.000 barel per hari dan 57.000 barel per hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar