Penghargaan Nobel bagi ketiga ekonom tersebut bertepatan waktunya dengan rencana kerja lima tahun Presiden Joko Widodo dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Presiden ingin Indonesia masuk dalam kelompok negara kaya pada tahun 2045. Untuk mencapai target tersebut, Indonesia harus dapat mengatasi persoalan kemiskinan dan ketimpangan kesejahteraan.

Penelitian lapangan di Maroko, India, dan Indonesia oleh Banarjee dan Duflo memperlihatkan, tiga hal tidak boleh luput dari kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas manusia. Ketiganya adalah pendidikan, layanan kesehatan, dan akses terhadap pangan. Ketiga hal itu merupakan hak asasi setiap orang.

Banyak penelitian lain membuktikan anak yang kekurangan makanan bergizi seimbang, sejak dalam kandungan ibu hingga tiga tahun pertama kehidupannya, tertinggal jauh secara fisik dan kecerdasan dari anak dengan gizi memadai.

Kekurangan gizi yang tecermin, antara lain, pada keadaan tengkes (stunting) akan menetap setelah periode emas tiga tahun pertama kehidupan. Penelitian longitudinal di banyak tempat memperlihatkan, anak balita yang kekurangan gizi ketika dewasa akan kalah bersaing di tempat kerja dan rentan mendapat penyakit degeneratif.

Penyediaan pendidikan yang tepat, seperti ditunjukkan penelitian Duflo dan Banarjee, membantu mendapatkan pekerjaan, meningkatkan pendapatan, dan keluar dari kemiskinan. Membangun sekolah dasar di seluruh Indonesia pada dekade 1970-an karena itu dianggap sebagai kebijakan tepat.

Akses pada layanan kesehatan melalui puskesmas dan posyandu juga meningkatkan derajat kehidupan masyarakat. Tantangan kita adalah menurunkan angka kematian ibu melahirkan yang masih 305 per 100.000 kelahiran hidup.

Ketiga infrastruktur sosial itu harus dibangun bersama infrastruktur fisik apabila kita ingin mendapat manfaat terbesar Revolusi Industri Digital. Teknologi digital, internet of all things, telekomunikasi penting kita kuasai sebagai alat memudahkan pengumpulan data secara akurat dan meningkatkan produktivitas. Namun, lebih penting lagi menyiapkan substansi yang akan disampaikan melalui teknologi tersebut. Substansi itu harus sesuai kondisi masyarakat yang beragam.