Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 19 November 2019

TAJUK RENCANA: Bolivia di Persimpangan Jalan (Kompas)


PHOTO BY RONALDO SCHEMIDT / AFP

Pendukung mantan Presiden Bolivia Evo Morales memblokade jalan di pinggiran Sacaba, Provinsi Chapare, Cochabamba, (18/11/2019). Presiden sementara Bolivia, hari Minggu mengatakan, akan mengadakan pemilihan baru segera, setelah pengunduran diri Evo Morales.

Setelah kepergian Presiden Evo Morales ke Meksiko, Bolivia kini dipimpin Jeanine Anez, Wakil Ketua Senat, yang mengklaim dirinya sebagai presiden negara itu. Hal ini tidak membuat krisis di Bolivia menunjukkan tanda-tanda mereda. Sebaliknya, tampak ketegangan justru meningkat di Bolivia.

Demonstrasi berlangsung keras pekan lalu. Akibatnya, sembilan demonstran pendukung Morales meninggal. Bentrokan pada Jumat silam ini tercatat sebagai yang terburuk sejak krisis pecah pasca-pemilihan presiden pada Oktober silam. Total sudah ada 23 korban jiwa akibat berbagai bentrokan.

Tekanan terhadap Morales meningkat sejak kemenangannya yang tipis dalam pilpres digugat. Berbagai peristiwa politik pun berkembang dengan cepat. Badan kerja sama regional Organisasi Negara-negara Amerika mengumumkan hasil audit atas pemilu itu, yang isinya menyebutkan pemilu diwarnai manipulasi. Organisasi ini pun menyerukan hasilnya dibatalkan. Morales setuju untuk mengadakan pemilihan baru, tetapi pesaing utamanya, Carlos Mesa, meminta Morales tak diikutkan dalam pemilihan baru.

Lalu, muncul intervensi dari militer. Pemimpin militer mendesak Morales mundur dengan alasan demi menjaga perdamaian dan stabilitas di Bolivia. Morales pun mengumumkan pengunduran dirinya dan pergi ke Meksiko.

Semua pihak harus membangun rasa saling percaya yang sebelum ini mungkin hancur akibat krisis politik.

Sayangnya, laporan media menyebutkan, kemunculan Anez sebagai presiden sementara membuat ketegangan meruncing. Ia disebut sangat kanan dan pro-kelompok agama. Upaya Morales selama ini untuk membuat Bolivia tidak mencampuradukkan agama dengan pemerintahan tergerus sejak Anez berada di kekuasaan. Hal ini diperkirakan dilakukan Anez guna meraup dukungan dari ekstrem kanan. Anez disebut media memang merupakan politisi yang tidak terlalu dikenal saat sebelum krisis pecah di Bolivia.

Kebanyakan dari pendukung Morales, politisi berhaluan kiri, adalah warga asli Bolivia. Mereka selama ini disebut diuntungkan dengan kebijakan Morales yang pro-warga asli. Sebaliknya, Anez yang memiliki latar belakang berbeda dengan Morales menampilkan simbol agama yang dinilai bermakna "meremehkan" sistem religi tradisional warga asli. Pendukung Morales juga melihat Anez melampaui tugas pokoknya sebagai presiden sementara, yakni menggelar pemilu sebaik mungkin. Di bidang luar negeri, misalnya, Anez telah memutus aliansi Bolivia dengan negara-negara sosialis di kawasan.

Mengingat situasi yang bisa berujung pada konflik tak habis-habisnya itu, penting kiranya bagi kedua belah pihak, terutama kubu presiden sementara, membangun dialog yang adil, yang berujung pada rekonsiliasi nasional. Semua pihak harus membangun rasa saling percaya yang sebelum ini mungkin hancur akibat krisis politik. Upaya yang tak mudah, tetapi harus dilakukan untuk menyelamatkan Bolivia.

Kompas, 19 November 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger