Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 05 Februari 2021

INDUSTRI DIGITAL: Isu Privasi Data yang Kembali Memanas (ANDREAS MARYOTO)


Andreas Maryoto, wartawan senior Kompas

Isu privasi data berkali-kali muncul dan meresahkan para pengguna produk teknologi digital. Mereka kadang mengkritik dan juga mencaci pengambilan data pribadi, tetapi kemudian kembali terdiam. Awal tahun ini, isu privasi kembali muncul dan memanas. Hingga sekarang belum jelas ujung dari perdebatan permasalahan privasi sekalipun telah berkali-kali diangkat.

Beberapa waktu lalu, orang cemas dengan kebijakan privasi baru Whatsapp yang mengarah pada integrasi data pengguna, seperti nomor telepon, layanan yang terkait dengan informasi, lokasi, dan juga data transaksi dengan Facebook. Akibatnya, jutaan pengguna beralih ke aplikasi lain. Whatsapp telah melakukan klarifikasi dan menyatakan bahwa kebijakan yang baru tidak akan memasukkan data percakapan dan informasi pengguna.

Whatsapp juga menyatakan bahwa mereka menjamin kebijakan privasi pengguna. Mereka akan melindungi pesan-pesan di dalam platform. Pengumuman ini tidak menghentikan eksodus para penggunanya. Apalagi, Whatsapp tidak akan membatalkan kebijakan yang baru, tetapi hanya menunda hingga tiga bulan ke depan. Mereka berupaya membendung migrasi itu dengan membuat sejumlah pengumuman baik di pesan status mereka maupun di beberapa media cetak di India.

Kabar terbaru berkait dengan privasi muncul dari Apple. Mereka mengumumkan bahwa para pengembang aplikasi yang masuk di dalam sistem operasi terbaru mereka, yaitu iOS 14, harus mempunyai tayangan pembuka (pop up) persetujuan dari para pengguna ketika mereka hendak mengumpulkan data dari aktivitas para pengguna. Alasan mereka, pengaturan ini akan memberi rasa aman bagi para pemakai aplikasi.

Sontak keinginan Apple itu langsung mendapat respons. Salah satu yang akan terdampak adalah Facebook, platform media sosial yang memiliki pengguna sekitar 2,6 miliar. Facebook khawatir penghasilan iklan di platform itu bakal berkurang. Akan tetapi, kepada publik mereka mengatakan, aturan itu akan berdampak pada pengusaha kecil dan menengah karena Facebook tidak bisa lagi menyajikan iklan yang sesuai dengan keinginan para pengguna.

AP PHOTO/JENNY KANE

Ikon Facebook di layar ponsel iPhone produk Apple, 11 Agustus 2019. Dua raksasa teknologi itu terlibat pertarungan sengit terkait kebijakan privasi data.

Beberapa media di luar negeri menyebut perkembangan terbaru ini sebagai perang antara Apple dan Facebook. Akar perseteruan mereka sudah berlangsung lama bahkan ada yang menyebut sudah berlangsung sejak 10 tahun lalu. Facebook juga berargumen bahwa internet harus tetap bebas. Meski kemudian pengertian bebas ini menjadi olok-olok. Apakah yang dimaksud bebas itu mereka tidak membayar ke pengguna, yang mana dari data pengguna ini Facebook membangun bisnisnya?

Apple sendiri beralasan, langkah itu untuk memastikan para pengguna aman ketika menggunakan aplikasi di iOS 14. Pengembang perlu memastikan bahwa pengguna menyetujui ketika mereka melakukan pelacakan selama pengguna berada di dalam aplikasi.

Apple mengatakan, tindakan itu untuk membantu agar para pengguna menjaga privasi. Tentang tuduhan akan merugikan platform yang berada di iOS 14, Apple mengatakan, langkah itu tidak akan merugikan mereka yang mengeksploitasi data dari pengguna aplikasi.

Baca juga: Rencana Bisnis di Balik Integrasi Whatsapp, Facebook, dan Instagram

Dua hari lalu, Facebook melawan pengumuman Apple dengan mengajak para penggunanya untuk menyetujui atau memperbolehkan pelacakan saat mereka menggunakan aplikasi. Media sosial ini kembali mengatakan, persetujuan itu diperlukan agar para pengguna bisa mendapatkan pengalaman iklan yang lebih baik. Persetujuan pengguna juga berarti memberi para pebisnis untuk menjangkau konsumennya secara lebih tepat.

Apple menanggapi pengumuman itu dengan mengatakan, sebuah bisnis yang dibangun dengan menyesatkan pengguna, khususnya dalam eksploitasi data, dengan cara membuat mereka tidak mempunyai pilihan untuk menghindari (eksploitasi itu), maka mereka tidak pantas untuk disanjung. Mereka harus melakukan reformasi dalam bisnis mereka. Apple tidak secara langsung menyebut Facebook, tetapi banyak kalangan menduga, ucapan itu ditujukan secara khusus kepada Facebook yang terus melakukan perlawanan.

AFP/TIMOTHY A CLARY

Logo Apple terpampang di Apple Store, New York, AS, 1 Februari 2021.

Di dalam sebuah artikel di laman CNBC disebutkan, Facebook telah mengingatkan kepada para investor bahwa perubahan aturan itu akan memukul bisnis iklan mereka dalam waktu dekat. Facebook telah melakukan uji coba dengan aturan baru itu dan kemungkinan dampaknya. Mereka juga sudah menyiapkan tayangan alasan mereka ingin melacak aktivitas pengguna dan mengajak pengguna untuk menyetujuinya sebelum tayangan persetujuan dari Apple muncul di layar pengguna.

Masih menurut tulisan itu, peperangan mereka berfokus pada alat unik di iPhone dan iPad yang berfungsi untuk mengidentifikasi yang disebut The Identifier of Advertisers atau biasa disingkat IDFA. Perusahaan yang menjual iklan digital menggunakan IDFA untuk membantu iklan menarget dan juga mengukur efektivitas iklan mereka. Aplikasi yang menggunakan alat unik itu akan meminta persetujuan pengguna ketika mereka melacak. Apabila pengguna menolak untuk dilacak, iklan mereka menjadi tidak efektif.

Sebuah pertanyaan mencuat terkait dengan kemunculan persoalan privasi di awal tahun ini, apakah yang sebenarnya terjadi? Pada tahun lalu sudah ada beberapa analisis yang menyebutkan privasi akan menjadi isu yang panas pada tahun ini.

Baca Juga: Facebook Harus Melakukan Perubahan Radikal

Sebuah tulisan di laman Medium kembali mengingatkan betapa pentingnya data. Komoditas yang berharga bukan lagi minyak, tetapi data. Perusahaan akan melakukan berbagai cara dalam menambang data selama 24 jam sehari dan boleh dibilang sedapat mungkin tidak membayar alias gratis.

Olah karena itu, mereka akan selalu berusaha membuka peluang agar pengguna membolehkan aktivitasnya di platform diambil begitu saja. Untuk memudahkan mereka mengambil data, kebijakan privasi sedapat mungkin mudah dijalankan atau longgar.

Di sisi pengguna, mereka dibawa ke situasi terpaksa dan tak ada pilihan lain untuk menyetujuinya. Caranya adalah dengan memberikan kenyamanan maksimal sehingga muncul ketergantungan pengguna pada platform yang ada di gawai mereka.

AFP/INDRANIL MUKHERJEE

Whatsapp memasang iklan di halaman depan koran-koran di India untuk melakukan klarifikasi terkait kontroversi kebijakan privasi baru mereka, 13 Januari 2021.

Kita sebenarnya adalah produk yang digunakan para pemilik platform. Mereka bisa mendapatkan sebagian besar penghasilannya dari data yang ditambang dari akun-akun kita. Sebagai contoh pada tahun 2019, Google mendapatkan 160,7 miliar dollar AS, sedangkan Faceboook 70,7 miliar dollar AS. Perusahaan sejenis masih banyak lagi dan mereka masih bebas mengambil data kita sementara kita sebagai pemilik data sama sekali tidak mendapatkan uang.

Sekarang saatnya kita menghargai dan menjaga data apa pun yang kita miliki. Orang mulai menyadari masalah privasi dan makin berhati-hati mengeluarkan data. Bila kita tidak menjaga, orang lain akan menggunakan data kita untuk mendapatkan uang.

Kecenderungan orang yang makin menjaga data yang dimiliki membuat perusahaan teknologi makin kencang berusaha agar privasi bisa tetap longgar. Mereka akan menggunakan berbagai cara agar perusahaan teknologi tetap mudah menambang data.

Kompas, 4 Februari 2021

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger