Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 11 Februari 2014

TAJUK RENCANA Banjir dan Ancaman Produksi Pangan (Kompas)

BANJIR beberapa bulan terakhir mulai memukul sektor pertanian, khususnya pangan. Wilayah sentra produksi yang terkena dampak kian meluas.
Pantauan Kompas di lapangan, puluhan ribu hektar persawahan yang rusak kemungkinan tidak akan bisa segera ditanami. Gangguan iklim berlarut-larut juga menggerus daya tahan petani. Banyak petani gagal tanam dan panen berulang kali akibat banjir. Tak sedikit dari mereka kehabisan modal untuk kembali menanam.

Di tingkat konsumen, gangguan pasokan mengakibatkan lonjakan dan volatilitas harga yang kemungkinan masih akan berlanjut. Ditambah lagi, akibat gangguan produksi, pengadaan oleh Bulog juga mengalami kemunduran. Kondisi ini akan kian menekan daya beli masyarakat.

Tanpa upaya segera mengatasi, kondisi ini bisa mengancam ketahanan pangan dan perekonomian nasional.

Kesan yang segera tertangkap hari-hari ini adalah ketidakberdayaan, baik di tingkat petani, pelaku di rantai distribusi, maupun pemerintah. Adanya petani yang beberapa kali gagal tanam dan panen menunjukkan petani dibiarkan sendiri bergulat menghadapi perubahan iklim ekstrem kali ini. Jalur distribusi yang lumpuh akibat banjir juga membuat pelaku distribusi tak berdaya.

Sementara di tingkat pemerintah, kebijakan untuk mengurai persoalan di lapangan sangat minim, terutama terkait prediksi cuaca ekstrem yang masih akan berlangsung hingga Maret. Dampak perubahan iklim dan anomali cuaca pada produksi dan produktivitas pangan semestinya bisa diantisipasi. Langkah antisipasi, adaptasi, dan mitigasi sejauh ini belum berjalan baik.

Termasuk di sini penyesuaian pola tanam dan sistem pertanaman, pemilihan varietas, dan penyebarluasan informasi iklim. Juga perbaikan infrastruktur, seperti prasarana dan sarana irigasi yang terbengkalai. Penguatan kelembagaan petani, pemberdayaan petani, dan kebijakan yang berpihak pada pertanian lebih banyak hanya wacana.

Pemerintah harus bergerak cepat mengamankan dari segala lini. Di tingkat produksi, segera memulihkan kerusakan dan kemampuan petani untuk bisa kembali berproduksi. Berbagai insentif dan kemudahan perlu diberikan. Pada jalur distribusi, mengupayakan jalur alternatif distribusi yang lumpuh akibat banjir dan kerusakan infrastruktur. Langkah ini dibarengi dengan kebijakan jangka panjang diversifikasi pangan serta konservasi lahan dan air sebagai bagian dari kebijakan menyeluruh ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.

Pada saat bersamaan, kita perlu mengantisipasi situasi pangan dunia di mana beberapa negara produsen lebih kurang menghadapi persoalan sama. Konsekuensinya, dalam kondisi darurat barangkali pasokan dari impor pun bisa terkendala. Kalaupun ada barang, harga melonjak tinggi. Pengalaman 2011, saat lonjakan harga sejumlah komoditas pangan impor penting mengakibatkan gejolak pangan di dalam negeri, semestinya bisa jadi pelajaran.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004714855
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger