Serangan terhadap konvoi kendaraan bantuan makanan Perserikatan Bangsa-Bangsa itu menegaskan bahwa wilayah Suriah tetap sangat berbahaya bagi orang-orang sipil dan pekerja kemanusiaan. Padahal, sebenarnya pengiriman bantuan kemanusiaan ke Homs itu merupakan terobosan dari pertemuan perdamaian di Geneva, Swiss, antara wakil pemerintah dan oposisi bersenjata.
Akan tetapi, serangan mortir dan tembakan senjata terhadap konvoi pada Sabtu dan Minggu lalu, saat meninggalkan Homs, telah mencederai tidak hanya kesepakatan gencatan senjata di antara pihak-pihak yang berkonflik, tetapi juga Konvensi Geneva yang memberikan perlindungan kepada orang sipil dan pekerja kemanusiaan.
Menurut berita yang tersiar, serangan mortir itu telah menewaskan sekurang-kurangnya lima anggota pasukan oposisi, melukai seorang pekerja kemanusiaan Suriah, dan menjebak para pekerja kemanusiaan PBB. Pada akhirnya, memang, para pekerja kemanusiaan berhasil mengevakuasi 146 orang dari wilayah yang dikuasai pertempuran. Namun, penyerangan tersebut sekali lagi membuktikan bahwa perang memang tidak memiliki "mata dan hati", menabrak semua paugeran, tidak beretika, dan yang lebih penting lagi tidak hanya merendahkan nilai-nilai kemanusiaan, tetapi bahkan menghancurkannya.
Perang di Suriah, memang, semakin tak terkendali. Bermula dari protes masyarakat terhadap kesewenang-wenangan aparat keamanan di kota Dera'a, sebuah kota kecil di perbatasan Suriah dan Jordania, konflik di Suriah dari perang saudara menjadi perang sektarian yang mengundang tangan-tangan luar ikut campur.
Karena itu, usaha mengakhiri konflik yang dilakukan di Geneva, dan sekarang tengah dilanjutkan, sangat sulit mencari dan menyepakati titik temu. Oposisi bersenjata kukuh menginginkan agar Presiden Bashar al-Assad disingkirkan, tidak dilibatkan dalam pemerintahan mendatang. Usulan seperti itu didukung Barat. Namun, usulan seperti itu ditolak mentah-mentah oleh pemerintah yang mendapat dukungan Rusia dan Iran.
Apa pun yang terjadi di meja perundingan di Geneva, yang lebih penting adalah bagaimana menyelamatkan rakyat sipil di Suriah. Bagaimana memberikan bantuan kemanusiaan kepada mereka? Bagaimana membantu para pengungsi, baik yang di dalam maupun luar Suriah? Mereka inilah korban perang, korban nafsu kekuasaan dalam konteks di dalam dan luar negeri Suriah.
Melihat situasi di lapangan, sepertinya penyelesaian konflik di Suriah masih membutuhkan waktu lama dan panjang. Ini berarti kita akan mendengar dan mencatat semakin banyak korban sipil berjatuhan.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004715414
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar