Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 17 Maret 2014

TAJUK RENCANA Spiral Kekerasan Ancam Mesir (Kompas)

SERANGAN terhadap pos penjaga militer di Kairo, ibu kota Mesir, pekan lalu menggambarkan spiral kekerasan di negeri itu cenderung meningkat.
Paling tidak enam tentara tewas dalam serangan tiba- tiba, yang menurut tuduhan pemerintah sementara Mesir dilakukan para pendukung Presiden Muhammad Mursi yang kini berada di penjara. Sejak Presiden Mursi dijatuhkan oleh pergolakan rakyat dengan dukungan militer pada Juli 2013, Mesir praktis dilanda kekacauan politik, penuh ketegangan, dan sarat kekerasan.

Rangkaian serangan, yang diarahkan kepada aparat keamanan, menewaskan paling tidak 200 personel tentara dan polisi sejak Mursi dijatuhkan dan dipenjarakan. Aksi kekerasan terkesan cenderung bereskalasi, yang diduga tidak hanya dilakukan kelompok Persaudaraan Muslim sebagai pendukung utama Mursi, tetapi juga oleh berbagai kelompok militan yang ingin bermain di air keruh.

Suka atau tidak, negeri itu dinilai sudah kehilangan momentum mendorong proses demokratisasi. Semula diharapkan pemilihan Presiden Mursi secara demokratis tahun 2011 akan membawa era baru setelah sekitar 30 tahun negeri itu berada di bawah kekuasaan represif rezim Hosni Mubarak. Namun, pemerintahan Mursi hanya menciptakan polarisasi di kalangan bangsa Mesir karena pemihakannya yang berlebihan pada perjuangan teokratis Persaudaraan Muslim yang merupakan pendukung utamanya. Mursi dipilih secara demokratis, tetapi dinilai sebagian masyarakat Mesir tidak berperilaku demokratis ketika menjalankan kekuasaan. Kepercayaan terhadap proses demokratisasi pun terganggu.

Lebih memprihatinkan lagi, sebagian masyarakat Mesir kembali bernostalgia ke masa lalu, ke masa pemerintahan militer yang mampu menjaga stabilitas keamanan. Kegamangan itu tampaknya dimanfaatkan Marsekal Udara Abdel Fattah El-Sisi, yang akan segera meletakkan jabatan sebagai Panglima Militer dan Menteri Pertahanan, untuk bertaruh dalam pemilu beberapa bulan mendatang. Hanya saja tantangannya sangatlah rumit, lebih-lebih karena efektivitas rezim militer pada tingkat regional maupun global sudah kedodoran.

Pengalaman Suriah dan Pakistan dapat digunakan sebagai contoh. Pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad yang didukung kuat militer mengalami tantangan keras selama empat tahun terakhir. Tantangan serupa pernah dialami pemerintahan Jenderal Pervez Musharraf tahun 2002-2007 di Pakistan, yang terus-menerus diguncang aksi kekerasan dan berbagai kasus pembunuhan politik.

Kasus Suriah dan Pakistan memperlihatkan, jalan demokrasi tetap merupakan cara terbaik untuk melahirkan kehidupan masyarakat yang lebih tenang dan damai, sekalipun jalan yang dilewati penuh tantangan dan membutuhkan perjuangan dan kesabaran.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000005501620
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger