Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 18 Juni 2014

TAJUK RENCANA Perang Bisa Pecah Lagi di Irak (Kompas)

MILISI koalisi Sunni yang dimotori kelompok militan Negara Islam di Irak dan Suriah, Senin (16/6), semakin dekat ke ibu kota Irak, Baghdad.
Dilaporkan, milisi koalisi Sunni, pekan lalu, telah menduduki beberapa kota kunci di Irak, tetapi beberapa di antaranya dapat direbut kembali. Penjagaan keamanan di Baghdad ditingkatkan setelah milisi koalisi Sunni mengancam akan menyerbu ibu kota Irak itu.

Minggu, dilaporkan milisi sudah menguasai Tal Afar, kota yang mayoritas penduduknya adalah etnis keturunan Turki, Turkman, setelah pertempuran sengit dengan pasukan pemerintahan Perdana Menteri Nouri al-Maliki. Tal Afar terletak 420 kilometer di barat laut Baghdad.

Simpang siurnya laporan tentang kota-kota yang telah dikuasai oleh milisi koalisi Sunni membuat keadaan semakin tidak menentu. Situasi di Baghdad masih aman. Kedutaan Besar Amerika Serikat di Baghdad pun masih buka meski penjagaan di sekitar kedutaan diperkuat. Sebanyak 275 personel militer AS dikirim ke Irak untuk mengamankan kedutaannya di Baghdad dan melakukan evakuasi jika nanti diperlukan.

Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki yang beraliran Syiah itu secara umum masih menguasai keadaan
di Irak. Namun, PM, yang pemerintahannya didominasi Syiah, tersebut banyak menghadapi tekanan dari warga Irak yang beraliran Sunni. Posisi Maliki serba sulit. Selain mendapat tekanan dari kalangan Sunni di dalam negeri, ia juga mendapatkan tekanan dari kalangan Sunni di luar negeri.

Sidang Liga Arab di Kairo, Mesir, akhir pekan lalu, menyerukan agar segera dibentuk pemerintahan persatuan nasional sebagai solusi krisis di Irak meski Liga Arab pun mengecam tindakan teror yang dilakukan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) terhadap warga sipil di Irak. Menteri Luar Negeri Qatar Khaled al-Attiyah, Senin, menuduh perkembangan di Irak terjadi akibat kebijakan penyingkiran dan isolasi yang dilakukan PM Maliki terhadap kalangan Sunni.

Melihat rumitnya situasi di Irak itu, PM Maliki perlu menangani gerakan NIIS dengan hati-hati karena jika tidak dikhawatirkan perang akan kembali pecah di Irak. Dan, jika perang itu sampai terjadi, keadaan akan sangat parah.

Kita berharap PM Maliki tidak mengambil garis keras seperti yang dilakukannya sekarang ini. Memecat politisi dan perwira militer yang dianggap berkhianat akan membuat pertentangan yang ada antara kalangan Sunni dan Syiah menjadi semakin tajam.

AS pun kita harapkan dapat membujuk PM Maliki untuk merangkul kalangan Sunni dan bukan malah memperkeruh keadaan dengan memilih mendekati Iran, yang beraliran Syiah, untuk membantu menyelesaikan keadaan di Irak.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007294351
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger