Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 11 November 2014

TAJUK RENCANA: Meluaskan Makna Kepahlawanan (Kompas)

HARI Pahlawan kita peringati kemarin. Sejarah perjuangan di Surabaya dan kota lain senantiasa terus kita hidupkan dalam memori kolektif bangsa.
Ini karena kita ingin disebut sebagai bangsa besar, yang dicirikan karena menghargai pahlawannya. Seiring dengan perkembangan zaman, perjuangan fisik digantikan perjuangan wujud lain. Ada benarnya, tetapi tidak seluruhnya. Melihat konflik yang berkecamuk di beberapa wilayah dunia, seperti di Ukraina, jiwa kepahlawanan dalam pemahaman lama masih tetap kita perlukan. Gagah perwira, dan tak ragu pergi ke medan tempur.

Wacana menyebutkan, perang konvensional cenderung menjadi anathema, bersifat anakronistis, karena sudah terbukti menelan korban dan biaya, tetapi hasilnya—seperti terlihat di Irak dan Afganistan—tidak efektif.

Sementara perang menggunakan pesawat tempur dan peluru kendali relatif dihindari, perang dalam wujud lain tetap terjadi, dan tak diragukan lagi diam-diam menguat. Salah satunya adalah perang memperebutkan pasar. Hal ini seperti membenarkan tesis geoekonomi, bahwa yang penting bukan lagi penguasaan atas satu wilayah politik, melainkan menguasai pasar. Indonesia berpenduduk besar, tetapi memiliki ketergantungan pada produk impor untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, pada sisi lain tidak memiliki kecakapan teknologi, masih lemah dalam inovasi, tampaknya menjadi sasaran empuk perang era geoekonomi. Neraca perdagangan yang defisit terbukti melemahkan sendi perekonomian negara, yang dicerminkan antara lain oleh merosotnya nilai mata uang nasional.

Pada era sekarang, wujud perang lain yang diramalkan akan semakin terjadi adalah perang informasi. Ketika dunia tersambung dalam jaringan global, dan elemen ekonomi dan perdagangan tak luput dari realitas, maka selain terbuka kemudahan dan peluang baru, terbuka kerawanan baru. Jika ada peretasan informasi masif, atau serangan siber, bisa porak-poranda infrastruktur perekonomian kita.

Selain membutuhkan kesatria dengan perlengkapan tempur, kita membutuhkan kesatria di berbagai bidang lain. Mereka semua tetap disyaratkan memiliki jiwa nasionalis dan patriotik, tetapi jelas dalam gaya berlainan. Kesatria siber adalah sosok yang piawai dalam teknologi komunikasi dan informasi, mampu tidak saja menghadapi serangan siber, tetapi bilamana diperlukan mampu melancarkan serangan yang hebat. Kita membutuhkan kesatria ekonomi yang mampu merintis bentuk usaha baru yang menjangkau usaha kecil-menengah. Dari sudut pandang itu pulalah kita membutuhkan pahlawan dalam kewirausahaan, selain pahlawan ilmu pengetahuan dan teknologi, juga pahlawan inovasi.

Selain bidangnya, kita membaca, jiwa kepahlawanan selain gagah dan berani, jujur berintegritas, mendahulukan kepentingan umum, berkorban untuk orang lain, bekerja untuk kepentingan rakyat, dan bersikap toleran. Kita menggarisbawahi kriteria dan pemaknaan kepahlawanan baru yang muncul seiring dengan perubahan zaman ini.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010017136
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger