Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 19 Desember 2014

TAJUK RENCANA Menjaga Fundamen Ekonomi (Kompas)

NILAI tukar rupiah kembali menguat kemarin setelah pada awal pekan merosot tajam dan sempat menyentuh Rp 12.900 per dollar AS.
Hari Kamis sore, nilai tukar rupiah menguat ke posisi Rp 12.560 per dollar AS dibandingkan dengan Rabu sore sebesar Rp 12.655. Begitu pula Indeks Harga Saham Gabungan naik menjadi 5.100 karena investor dalam negeri membeli saham yang sebelumnya ikut melemah.

Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Rabu (17/12) mengatakan, fondasi ekonomi Indonesia kokoh. Pelemahan rupiah lebih disebabkan masalah di luar negeri.

Penguatan IHSG dan nilai tukar rupiah kemarin juga terjadi di negara-negara lain di Asia. Langkah Rusia menaikkan suku bunga acuan dari 6,5 persen hingga 17 persen menenangkan pasar. Begitu juga pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Janet Yellen, yaitu akan sabar menjalankan program pemulihan moneter AS. Pasar merespons bahwa suku bunga acuan AS tidak akan naik pada kuartal pertama 2015.

Kembali menguatnya rupiah dalam tiga hari, antara lain, karena intervensi Bank Indonesia. Namun, penguatan itu juga memperlihatkan pelaku pasar uang masih percaya pada ekonomi Indonesia.

Defisit transaksi berjalan kuartal IV-2014, misalnya, mengecil menjadi 6,1 miliar dollar AS atau setara 2,84 persen dari produk domestik bruto (PDB). Pada kuartal sebelumnya, besar defisit 3,07 persen PDB. Transaksi berjalan dibentuk nilai ekspor-impor barang dan jasa, pendapatan investasi, serta dana bantuan antarpemerintah dan transfer antarswasta dalam negeri dan asing.

Pemerintah sebetulnya juga memiliki senjata cukup ampuh, yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015. Alokasi APBN yang tepat akan mendorong kegiatan ekonomi dan menarik investasi.

Karena itu, kita menunggu pemerintah merealisasikan janji akan membelanjakan dana yang dihemat dari pengurangan subsidi bahan bakar minyak untuk belanja modal ke sektor produktif, seperti infrastruktur untuk peningkatan produksi pangan, jalan raya, dan jalur kereta api. Begitu pula pengembangan kembali industri manufaktur untuk pasar dalam negeri dan ekspor.

Kita juga menunggu janji perbaikan sistem penarikan pajak dan pengaturan subsidi bahan bakar minyak yang lebih berkelanjutan.

Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan akan sama dengan tahun ini, yaitu 5,1 persen. Ini lebih rendah dari prediksi Bank Indonesia sebesar 5,1-5,5 persen. Ini adalah peringatan masih ada persoalan yang harus dibereskan di berbagai lini.

Tidak ada jalan pintas untuk memperkuat fundamen ekonomi nasional kecuali meningkatkan kinerja dan koordinasi di sektor riil, termasuk masalah perizinan, dan pendalaman sektor keuangan. Investor akan mengganjar dengan berinvestasi langsung di sektor riil atau tetap memilih investasi portofolio yang rawan gejolak.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010776217
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger