Penangkapan pekan lalu itu dilakukan saat ke-16 warga negara Indonesia mau melintasi perbatasan Turki menuju Suriah. Atas penangkapan tersebut, muncul berbagai spekulasi antara lain tentang kemungkinan orang-orang itu direkrut untuk bergabung dengan gerakan NIIS.
Identitas ke-16 WNI belum terungkap jelas. Hasil penyelidikan aparat Turki diharapkan akan menyingkapkan, apakah mereka sebagai pengadu nasib yang mencari pekerjaan atau kelompok yang direkrut untuk NIIS. Dalam kenyataannya, banyak orang Indonesia bertolak ke Suriah dan negara-negara lain dalam upaya mengadu nasib karena persoalan ekonomi dalam negeri.
Jutaan tenaga kerja Indonesia meninggalkan kampung halamannya, mencari pekerjaan di negeri orang, meski tantangan yang dihadapi tidaklah kecil, seperti penyiksaan, pemerkosaan, bahkan pembunuhan. Bukan tidak mungkin pula banyak orang Indonesia pergi ke Turki kemudian menyeberang perbatasan ke Suriah dalam upaya mencari pekerjaan, meski negeri itu sedang dilanda pergolakan politik dan diguncang gerakan NIIS.
Di luar soal mengadu nasib, sudah muncul kekhawatiran, jangan-jangan sebagian WNI bertolak ke Suriah atau Irak untuk bergabung dengan NIIS. Gerakan NIIS yang terkesan muncul tiba-tiba tahun 2014 tidak hanya mengguncang Irak, Suriah, dan kawasan Timur Tengah, tetapi juga menciptakan kecemasan di seluruh dunia. Ribuan orang tewas dalam gerakan NIIS yang ingin mendirikan negara teokratis di wilayah perbatasan Irak-Suriah.
Sudah pasti gerakan NIIS merepotkan Pemerintah Irak dan Suriah. Mata rantai kekerasan pun bertambah panjang. Kawasan Timteng sudah berabad-abad, terutama satu abad terakhir, terguncang oleh konflik Palestina-Israel, yang mereproduksi kekerasan di kawasan dan ketegangan di seluruh dunia. Mata rantai kekerasan pun bertambah ketika Amerika Serikat menginvasi Irak tahun 2003.
Kehadiran pasukan AS dan sekutunya telah memancing gerakan perlawanan gerilyawan Irak, yang mendapat dukungan kaum ekstremis negara-negara tetangga. Keadaan diperburuk oleh konflik komunal antara kaum Sunni dan Syiah yang meluas setelah pasukan AS dan sekutunya ditarik mundur tahun 2011. Cobaan yang dihadapi Irak tidak berhenti karena pecah gerakan NIIS tahun lalu.
Tidak kalah merisaukan nasib Suriah. Gerakan NIIS hanya memperburuk kondisi negara itu, yang sejak tahun 2011 diguncang oleh kekacauan politik dan bahaya perang saudara. Tidak hanya Suriah dan Irak yang merasa cemas, tetapi dunia pun risau. Kiranya perlu dicermati dan diantisipasi ancaman gerakan NIIS, yang telah membuat negara-bangsa Irak dan Suriah menjadi limbung.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Maret 2015, di halaman 6 dengan judul "Perlu Antisipasi Gerakan NIIS".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar