Mulai tahun ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan memutuskan sejumlah perubahan mendasar dalam pelaksanaan ujian nasional. Salah satunya, pada fungsi UN. Ujian yang dari tahun ke tahun dianggap angker oleh para siswa karena menentukan kelulusan dari satuan pendidikan kini fungsinya berubah. Ujian nasional tidak lagi sebagai penentu kelulusan. Dalam berbagai wawancara dengan media, Anies menyatakan ingin mendesakralisasi ujian nasional.
Selama menjadi penentu kelulusan, ujian nasional seolah-olah menjadi satu-satunya penentu keberhasilan pendidikan. Ujian itu menjadi momok bagi para guru dan murid. Murid berkepentingan untuk melewati batas kelulusan ujian nasional agar dapat lulus dari sekolah. Pihak sekolah berkepentingan semua muridnya lulus agar citra sekolah tetap baik. Lebih parah lagi, politik lokal turut mewarnai. Pemimpin daerah berkepentingan agar nilai ujian nasional baik sebagai bukti pencapaian pendidikan di daerah itu dan menjadi bukti kesuksesan sebagai pemimpin. Akibatnya, di sejumlah sekolah dan daerah muncul berbagai upaya untuk mendongkrak nilai ujian nasional, termasuk dengan berbuat curang. Kultus terhadap ujian nasional itu yang ingin diruntuhkan.
Pemerintah masih menetapkan standar kompetensi lulusan. Tahun ini standarnya 55. Namun, kelulusan siswa tetap ditentukan sekolah didasarkan pada budi pekerti dan nilai rapor selama siswa bersekolah. Standar kompetensi itu digunakan dalam pemetaan pendidikan untuk kemudian menjadi landasan intervensi kebijakan pendidikan dan pembinaan lebih lanjut kepada sekolah.
Berapa pun nilai ujian nasional yang diperoleh, siswa tetap mendapatkan sertifikat ujian nasional. Murid tetap dapat mendaftar ke jenjang pendidikan selanjutnya jika sekolah kemudian meluluskan siswa. Namun, diterima atau tidaknya seorang siswa di sekolah pilihan tergantung dari pihak sekolah tujuan. Sekalipun tidak sebagai penentu kelulusan, fungsi ujian nasional sebagai seleksi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi masih dipertahankan. Nilai ujian nasional, seperti tahun-tahun sebelumnya, masih tetap menjadi bahan pertimbangan untuk diterima di sekolah menengah atas (bagi murid SMP) dan penerimaan di perguruan tinggi negeri dan swasta (untuk murid SMA).
Berbasis komputer
Perbedaan lain pada UN tahun ini ialah dimulai rintisan ujian nasional berbasis komputer. Sebanyak 515 SMA/SMK/MA dengan sekitar 160.000 siswa melaksanakan ujian nasional berbasis komputer.
Jumlah peserta ujian berbasis komputer terbilang kecil. Peserta ujian nasional jenjang SMA sederajat tahun ini sekitar 2,8 juta orang. Ujian berbasis komputer hanya dilakukan di sekolah yang siap sarana dan prasarananya, mulai dari jumlah komputer memadai, ketersediaan
Pelaksanaan ujian nasional berbasis komputer dengan ujian nasional konvensional menggunakan naskah soal dan jawaban berbeda (meski bobot soal yang dikerjakan sama). Pada ujian nasional berbasis komputer, pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, cukup melakukan sinkronisasi data antara
Hal ini berbeda dengan sekolah yang menggunakan naskah soal. Distribusi soal dilaksanakan dari percetakan ke pemerintah daerah hingga sekolah dengan dikawal polisi. Murid mengisi jawaban di atas kertas. Pada tahun ini, soal-soal yang biasanya disimpan di sekolah untuk digunakan dalam pembelajaran hanya akan disimpan selama satu bulan di sekolah, kemudian dimusnahkan disertai berita acara. Pada tahun-tahun sebelumnya, soal disimpan di sekolah untuk pembelajaran.
Perbedaan lain, mulai tahun ini seorang siswa boleh menempuh ujian nasional lebih dari sekali. Jika nilai ujian mata pelajaran tertentu seorang siswa buruk, dia dapat mengulang hanya pada mata pelajaran yang dianggap kurang itu pada tahun depannya.
Masih ada satu lagi perbedaan ujian nasional tahun ini, yakni bentuk laporan hasil ujian. Selama ini, laporan ujian nasional untuk siswa dan orangtua hanya menampilkan nilai akhir ujian nasional. Mulai tahun ini, hasil ujian nasional akan diterakan lebih detail. Dalam laporan akan disertakan pencapaian siswa pada setiap kompetensi terkait dengan setiap mata pelajaran. Dengan demikian, murid akan mengetahui kekuatan dan kelemahannya lebih detail. Hasil ujian nasional juga dapat digunakan untuk melihat pencapaian individu dibandingkan dengan murid lain di sekolah atau untuk membuat perbandingan antarsekolah dan antardaerah.
Meski ada berbagai perubahan mendasar pada pelaksanaan ujian nasional tahun ini, pada dasarnya kualitas pendidikan tetap tidak cukup ditagih pada saat akhir masa sekolah lewat ujian akhir. Hal yang lebih penting ialah proses selama pendidikan berlangsung di sekolah. Untuk kepentingan itu, hasil ujian nasional sebagai informasi dalam pemetaan kualitas pendidikan seyogianya dapat digunakan seoptimal mungkin oleh pemerintah.
Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/04/14/Perbedaan-Ujian-Nasional-Tahun-Ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar