Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 16 Juli 2015

Revitalisasi Stasiun Bogor//

Revitalisasi Stasiun Bogor

Terjadinya lonjakan penumpang KRL atau komuter di wilayah Jabodetabek tidak lain lantaran PT KAI berhasil memberi pelayanan yang memuaskan bagi para pengguna alat transportasi itu.

Sistem tiket elektronik, sikap para petugas (di dalam kereta) yang ramah, konsisten menjaga ketertiban dan memprioritaskan penumpang tertentu (orangtua, ibu hamil, dan penyandang disabilitas), secara tidak langsung telah membangun perilaku para penumpang untuk tertib dan terbiasa antre, solider, dan peduli pada sesama penumpang. Perilaku keren yang tak terbayangkan sebelumnya.

Sebagai usaha memberi pelayanan prima bagi masyarakat, revitalisasi setiap stasiun perlu terus dilanjutkan. Khusus di Stasiun Bogor, misalnya, karena tidak adanya kursi dan bangku, maka para calon penumpang terpaksa duduk-duduk di lantai menyerupai para pengungsi korban banjir. Kesannya liar dan semrawut. Patut disediakan kursi atau bangku agar para penumpang dapat sejenak beristirahat, mengobrol atau menunggu seseorang dengan tenang. Anak-anak bisa berlarian dengan nyaman, sementara orangtuanya duduk santai sambil minum kopi.

Di samping itu, mengingat jembatan penyeberangan yang disediakan begitu mendongak tinggi dan sempit, maka selain para pejalan terpaksa berjejalan, para manula—tak ada ampun lagi—terjepit dan sengsara. Dengan begitu, patut dipertimbangkan tambahan pintu keluar-masuk stasiun di bagian utara dan timur, agar para penumpang tidak terkonsentrasi pada satu pintu masuk-keluar.

MAMAN S MAHAYANA, KP SAWAH PONCOL, BOJONGGDE, BOGOR, 
JAWA BARAT


Waktu Tunggu di RS Premier

Saya pemegang kartu Inhealth Platinum No 1001006301655. Dalam dua tahun terakhir secara rutin setiap bulan saya kontrol darah di Rumah Sakit Premier, Jatinegara, Jakarta Timur. Ikut antre mengambil nomor hingga kunjungan dan konsultasi dengan dokter spesialis—adalah hal lazim terjadi di mana-mana—dapat dikatakan lancar, cepat, dan cukup memuaskan.

Yang sangat mengherankan dan menyebalkan saya—tentu saja hal serupa juga dialami pasien lainnya—adalah waktu tunggu panggilan petugas untuk penyelesaian pembayaran di Unit Kerja Farmasi. Waktu yang dibutuhkan antara 20 dan 30 menit, selain harus antre lagi menunggu pesanan obat sesuai dengan resep dokter. Ini masih di unit kerja yang sama (farmasi).

Pasien yang banyak itu bisanya bersabar menunggu dipanggil dan dilayani hanya oleh dua petugas. Padahal, jenis obat yang sama dan diperbolehkan oleh Inhealth sudah tentu tidak perlu dipersoalkan lagi karena sudah tertera di layar komputer.

Tidak dapatkah manajemen RS Premier mengkaji ulang prosesnya agar pasien tak perlu menunggu lama (bahkan ada pasien yang saya lihat sempat tertidur di ruang tunggu)?

T LAMURY, KOMPLEKS PWI KEBON NANAS, JALAN KESADARAN 60A, JAKARTA TIMUR


Mati Sebulan

Telepon rumah kami, 021- 7870197, mati sebulan. Sudah 11 kali laporan keluhan, tetapi sama sekali belum ada perbaikan yang dilakukan pihak Telkom. Anehnya, nomor telepon tersebut menyambung pihak lain di dekat rumah kami.

Bagaimana ini pelayanan Telkom?

HJ TINNY B HIDAYAT, JALAN DURIAN BARAT, KAV POLRI, JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN


Penipuan oleh Kursus Bahasa

Telah terjadi penipuan oleh Global Bahasa yang berkedok sebagai lembaga pendidikan bahasa asing. Kasus ini terjadi beberapa bulan lalu.

Lembaga yang mengaku untuk pendidikan itu muncul dengan berbagai nama, seperti Global Bahasa dan Easy Speak. Mereka buka beberapa cabang: di Mal Taman Palem (buka lima bulan, kemudian tutup); di Mal Daan Mogot (buka tiga bulan, kemudian tutup); dan di Grand ITC Permata Hijau (buka enam bulan, kemudian tutup).

Ada 400-500 orangtua tertipu, termasuk saya, masing-masing membayar les 12-24 bulan mulai dari Rp 6 juta sampai Rp 24 juta. Diperkirakan penipuan itu meraup Rp 4 miliar-Rp 5 miliar.

Masalah ini sudah dilaporkan kepada Polsek Cengkareng dan Polda Metro Jaya, tetapi pelaku penipuan belum juga tertangkap. Kami sangat mengharapkan agar polisi secepatnya menangkap pelaku tersebut. Jangan sampai dia membentuk kelompok baru untuk penipuan berkedok pendidikan. Cuma ganti nama saja.

LIM KHENG HUAT, TAMAN PURI GRISENDA, PENJARINGAN, 
JAKARTA UTARA

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Juli 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat kepada Redaksi ".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger