Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 16 Juli 2015

TAJUK RENCANA: Menjadi Insan Mulia (Kompas)

Ujung bulan suci Ramadhan pun tiba. Alangkah indah dan penuh bahagia di dalamnya. Sang Surya tenggelam di ufuk.

Tak lama berselang terdengar gema takbir dan tahmid. Gaung takbir yang mengagungkan kebesaran Allah SWT dan tahmid yang memuji Allah, Tuhan Semesta Alam, menyusup dalam hati umat Islam yang baru melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Menyambut hari bahagia ini zakat telah dibayarkan, dan esok harinya—di bawah gema takbir dan tahmid—berlangsung shalat Id.

Hari kemenangan pun tiba, yang disambut dengan sukacita. Selain menahan diri dari makan, minum, dan godaan nafsu lain, umat juga dididik untuk membaca dan mendalami kitab suci Al Quran, membayar zakat, dan bersilaturahim, bermaaf-maafan. Sebulan yang penuh berkah.Taqabbalallahu minna wa minkum. Semoga Allah menerima semua amal ibadah kita. Dengan semua sarana pendidikan ilahi, diharapkan hadir insan-insan yang kembali ke fitrah, yang suci, dan juga peduli. Fitrah suci meniscayakan kita jauh dari keburukan.

Kita tarik lebih jauh pemaknaan ini, kita bahkan ingin mewujudkan berkah puasa Ramadhan keluar dari ranah individu. Secara kolektif fitrah individu tersebut diharapkan menjadi pilar bagi terbangunnya masyarakat yang baik, yang di dalamnya, antara lain, tidak ada lagi praktik korupsi. Ini karena korupsi melambangkan kegagalan seseorang dalam menerapkan karakter bisa membedakan mana yang hak dan mana yang bukan.

Berpuasa dan membayar zakat juga mengajarkan kita untuk menjadi insan yang peduli. Menangkap pesan puasa dan zakat dengan tepat menyadarkan kita bahwa tidak semua harta yang ada di tangan kita adalah milik kita. Sebagian adalah milik saudara-saudara kita yang masih hidup berkekurangan.

Kita arahkan kebajikan ini untuk era sekarang, besarlah arti dan kuatlah relevansinya. Bukan saja kondisi perekonomian tengah memburuk, tetapi kesenjangan kesejahteraan—yang dalam ekonomi diperlihatkan oleh meningkatnya indeks gini—juga membesar. Uluran tangan kalangan yang mampu kepada yang belum mampu menjadi satu keniscayaan.

Tugas pemimpin dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia sangat besar. Lupakan ramalan ninabobo yang menyebut kita punya peluang emas untuk menjadi ekonomi nomor 7 satu setengah dekade ke depan. Faktanya, sekarang ini kondisi yang ada sangatlah rapuh.

Mari kita bermaaf-maafan, menyucikan hati, serta meningkatkan tekad dan komitmen untuk menjadi bangsa yang lebih baik. Semoga di ujung Ramadhan masing-masing dari kita telah bertransformasi menjadi insan saleh, yang bersama-sama bisa mewujudkan kesalehan sosial yang kita dambakan. Kita berharap banyak dari gemblengan ibadah Ramadhan.

Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1436 Hijriah, mohon maaf lahir batin.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Juli 2015, di halaman 6 dengan judul "Menjadi Insan Mulia".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger