Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 13 Juli 2015

TAJUK RENCANA: Lembaran Hitam Sejarah Manusia. (Kompas)

Tragedi Srebrenica yang dilakukan 20 tahun silam digambarkan sebagai pembantaian terburuk di Eropa sejak holocaust oleh rezim Nazi Jerman.

Ketika pekan lalu peringatan ke-20 digelar di Srebrenica, kota tambang perak di Serbia, kita semua diyakinkan kembali bahwa benar manusia bisa menjadi demikian buas, seperti serigala, dengan tega hati membunuh sesamanya. Menurut catatan, sebanyak 8.000 hingga 10.000 Muslim Bosnia dibunuh Kristen Serbia di Srebrenica. Inilah puncak perang Bosnia-Herzegovina.

Sekadar sebagai perbandingan, korbanholocaust oleh Nazi Jerman terhadap Yahudi, saat Perang Dunia II, diperkirakan 6 juta jiwa. Genosida—sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kekejaman terhadap sesama warga negara yang berbeda etnis, ras, atau agama dengan tujuan untuk menumpas seluruh kelompok itu—yang dilakukan penguasa Ottoman terhadap orang-orang Armenia, 100 tahun lalu, menewaskan 1,5 juta orang.

Pada bulan April hingga Juli 1994, kelompok etnis Hutu yang merupakan kelompok mayoritas di Rwanda membunuh sekitar 800.000 orang dari kelompok etnis Tutsi. Di Kamboja, rezim Pol Pot selama berkuasa pada 1975-1979 membunuh tak kurang dari 8 juta orang Kamboja.

Contoh-contoh tersebut adalah sebagian saja dari kekejaman yang dilakukan manusia terhadap manusia lain karena beragam alasan—beda etnis, agama, suku, ideologi, dan juga kebangsaan atau alasan lain yang kadang tidak masuk akal—yang mewarnai abad ke-20. Abad ke-20 memang sudah berlalu, tetapi bukan berarti abad ke-21 yang sekarang sedang kita jalani tidak dilumuri dengan noda-noda hitam yang hanya menunjukkan betapa sebagai manusia kurang berperadaban.

Peristiwa yang terjadi di Timur Tengah—sepak terjang kelompok bersenjata yang mengklaim sebagai Negara Islam di Irak dan Suriah, dan sekarang sudah melebar hingga ke Afrika bagian utara, juga kelompok Boko Haram di Nigeria, atau kelompok lain yang tidak menghormati perbedaan—menjadi contohnya.

Apa yang dilakukan Israel, dengan pembasmian etnis terhadap Palestina masuk dalam kelompok ini. Dalam bentuk lain, tindakan seperti itu juga kita lihat dan rasakan di negeri ini, Indonesia. Kita memiliki catatan hitam karena peristiwa Ambon, Sampit, Lampung, dan Poso beberapa waktu lalu. Sekarang ini pun, kalau kita mau jujur, masih ada sikap dan tindakan tidak menghormati keragaman, kemajemukan—etnis, suku, agama, dan ras—yang seharusnya menjadi kekuatan negeri ini.

Pada akhirnya kita berharap apa yang terjadi di Srebrenica, misalnya, tidak akan pernah berulang lagi di mana pun. Kita yang ber-Pancasila semestinya bisa menjadi contoh bagi bangsa-bangsa lain tentang bagaimana menghormati kemajemukan, keragaman.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Juli 2015, di halaman 6 dengan judul "Lembaran Hitam Sejarah Manusia".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger